Skip to main content

Dalam analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, and Threat), kita diajarkan untuk melihat Kelebihan dan Kelemahan kita (internal) kemudian Kesempatan dan Ancaman yang muncul atau berpotensi muncul (external). Analisa ini penting untuk memetakan apa yang harus diperbaiki secara internal dan bagaimana kita bisa mengantisipasi hal-hal di luar (eksternal). 

Ada satu kisah menarik ditulis di WSJ (Wall Street Journal) yang bisa menginspirasi kita bagaimana seseorang mengubah kelemahan menjadi kesempatan bisnis yang luar biasa (WSJ edisi weekend Oct 12-13 oleh Ben Cohen). 

Veronica seorang Amerika keturunan Mexico. Sebagai keturunan Mexico, maka makanan utamanya adalah tortilla atau nachos yang dibuat dari jagung (atau terbuat dari biji-bijian lainnya). Namun Veronica mengidap penyakit “auto immune”, sehingga tidak bisa makanan mengandung biji-bijian (grain), berasal dari susu (dairy), gula rafinasi bahkan kacang-kacangan. Pokoknya Veronica tidak bisa makan makanan Mexico (kelemahan internal). Bila keluarganya melakukan barbeque (memanggang daging) di halaman belakang rumah, Veronica tidak bisa memakannya dengan nachos, tortilla, churros, chips (keripik jagung) seperti saudara-saudara lainnya, tapi dia harus membawa sendiri “lettuce” (selada) untuk membungkus daging yang dipanggang sebelum dimakan.

Sampai kemudian Veronica berupaya membuat sendiri adonan dari almond untuk dijadikan tortilla. Eksperimen ini terus dilakukan sampai akhirnya Veronica bisa membuat neneknya sepakat bahwa tortilla dari almond-nya bisa senikmat yang dibuat dari jagung (atau biji lainnya) dan sekeluarga tidak bisa membedakan rasa tortilla buatan Veronica dengan yang asli. 

Veronica mulai menjual produknya di gym tempat keluarganya berlatih dan selalu habis terjual. Kakaknya, Miguel membujuk Veronica untuk bisa memproduksi lebih banyak, tapi Veronica menolak karena masih mempertahankan profesi mengajarnya. Sampai Veronica bilang, saya mau serius ngerjain tortilla ini asal ada toko swalayan yang mau menjualnya. Dan Miguel melihat ini sebagai kesempatan. 

Kesempatan muncul ketika Miguel mengajak makan siang seorang manajer toko koperasi swalayan. Manajer ini mau menjualkan produknya karena melihat keluarga Miguel memang baru membangun usahanya. Saat itu teman-teman manajer toko ini pada heran, apa iya bisa laku terjual dengan harga $12 untuk selusin tortilla. Ternyata dugaan itu salah, pada satu hari di bulan Mei 2014, produk itu dipajang, dan besoknya sudah ludes terjual. Dalam 6 bulan, penjualan non-grained tortilla ciptaan Veronica sudah mengalahkan “top selling” pada produk beku di toko tersebut. Kadang, memang hanya dibutuhkan satu orang yang percaya dengan produk dan kesempatan itu kemudian muncul begitu saja. 

Tantangan kemudian muncul. Lama-lama Veronica kecapean dan bahu tangannya mulai sakit kalau harus menekan adonan terus menerus. Mereka kemudian mengajukan pinjaman USD$1 juta untuk membeli mesin press adonan, menambah modal kerja, dan tentunya mengistirahatkan tangan Veronica. Pada saat itu keluarga ini belum mengambil untung dari usahanya karena masih fokus dengan pengembangan usaha. 

Sampai kemudian “Siete” (nama produknya) bisa dijual di supermarket yang terkenal dengan menjual produk sehat yaitu supermarket “Whole Food”. Pada saat itulah, keluarga Veronica sampai ke titik untuk memilih apakah akan terus mengembangkan usahanya dengan mencari partner baru atau tetap menggunakan sumber daya yang ada. Kita tahu salah memilih partner akan merusak usaha yang telah dirintis dari awal. Satu investor akhirnya disetujui menjadi partner setelah 2 tahun ikutan makan malam di keluarga Veronica atau sama-sama ikutan nge-gym di gym favorit keluarga. Di Tahun 2018, Siete mendapat suntikan US$90 juta dana segar. 

Bulan ini Pepsico sepakat membeli sebagian saham Siete sebesar USD $1,2 miliar di mana keluarga Miguel dan Veronica tetap memimpin perusahaannya. Tentunya dengan berita ini, keluarga Veronica dan Miguel merayakan keberhasilan dengan melakukan barbeque di halaman belakang rumah, hanya kali ini Veronica tidak perlu membawa “lettuce” (selada).

Yang bisa kita pelajari dari artikel ini adalah:

  • Kita bisa menggunakan kelemahan menjadi kesempatan yang luar biasa.
  • Kita tidak bisa bekerja sendiri tapi perlu tim yang berkolaborasi dengan baik. Veronica tanpa Miguel tidak akan sampai seperti saat ini, demikian sebaliknya. Ketidaksempurnaan masing-masing bisa menjadi kesempurnaan bersama (konsep Enso).
  • Kadang dibutuhkan satu orang atau event yang tepat untuk bisa membuat produk menjadi “viral”.
  • Tantangan baru akan muncul di setiap tahap usaha.
  • Dibutuhkan extra kehati-hatian dalam mencari bisnis partner yang tepat agar bisa sejalan dengan nilai-nilai organisasi.

Kita bisa belajar dari Veronica dan Miguel.

 

Sumber foto: nbclosangeles.com