Skip to main content

The Wall Street Journal (WSJ) memuat artikel menarik tentang Employee Engagement (WSJ, Sept 16, 2024). Engagement kalau diterjemahkan secara harfiah adalah “pertunangan” yang tentunya tidak tepat menjelaskan hubungan karyawan dan Perusahaan. Kalau diterjemahkan sebagai rasa memiliki perusahaan sudah ada bahasa yang lebih tepat yaitu “sense of belonging”. Saya lebih pas dengan employee engagement sebagai “keterikatan karyawan terhadap Perusahaan”.

Tulisan di WSJ ini ditulis oleh Rick Wartzman dan Kelly Tang, keduanya adalah periset di Claremont Graduate University (CGU). Setiap tahun CGU melaporkan 250 perusahaan yang disurvei memiliki kinerja terbaik di AS. Dalam surveinya, CGU menggunakan 5 kriteria yang diambil dari Peter Drucker (salah satu guru ilmu management). Peter Drucker adalah penemu teori management yang dikenal dengan “planning, organizing, staffing, leading and controlling”. Peter Drucker juga dikenal dengan konsep:

  • decentralization: manajer harus memberdayakan bawahan dengan mendelegasikan tugas
  • management by objective: pimpinan dan bawahan harus bekerja sama untuk menentukan tujuan bersama, menentukan di mana keahlian karyawan dan menentukan tujuan yang bisa diukur
  • SMART goal: tujuan yang baik harus specific, measurable (bisa diukur), achievable (bisa dicapai, tidak di awang-awang), relevant, time-specific (ada kurun waktu) and recorded (dicatat).

Menurut Peter Drucker, kinerja perusahaan bisa diukur dari 5 kriteria:

  1. Customer Satisfaction (kepuasan pelanggan)
  2. Employee Engagement and Development (keterikatan dan pengembangan karyawan)
  3. Innovation (Inovasi)
  4. Social Responsibility (Tanggung jawab sosial)
  5. Financial Strength (Kekuatan Finansial)

Kelima faktor ini menentukan efektivitas sebuah perusahaan. Yang menurut definisi Drucker adalah: doing the right thing well (mengerjakan hal yang benar dengan baik). 

Survey ini telah dilakukan sejak tahun 2017. Hasil survey terakhir tahun 2023, perusahaan-perusahaan IT (information technology) mendominasi posisi tertinggi dalam employee engagement and development (NVIDIA, Microsoft, Adobe, Salesforce). Yang pertama adalah perusahaan pembuat Chip AI (artificial intelligence), Microsoft dan Adobe kita tahu dan Salesforce adalah perusahaan perangkat lunak. 

Sepertinya adalah wajar bahwa perusahaan IT yang kekuatan utamanya pada inovasi memastikan bahwa karyawannya memiliki keterikatan dan pengembangan karyawan yang tinggi. Namun, ada satu perusahaan yang menarik Rick dan Kelly, yaitu perusahaan real estate dengan nama Prologis yang dibahas di artikel WSJ tersebut.

Prologis adalah perusahaan dengan karyawan sekitar 2.700 orang dengan CEO bernama Hamid Moghadam (asal Iran). Prologis adalah perusahaan properti industri terbesar di dunia. 3% GDP AS dilakukan di property Prologis. Prologis punya motto: Karyawan kami yang menentukan kesuksesan kami. Untuk itu kami membangun budaya berdasarkan pemberdayaan personal dan profesional. 

Menurut Hamid, hal ini dilakukannya dengan sangat serius. Hamid mengatakan, perusahaan yang dikelola dengan baik memberikan karyawannya, terlepas jabatannya, benar-benar otoritas dan tanggungjawab (empowerment). Prologis juga memberikan lingkungan dimana setiap karyawan untuk diberi kesempatan menyatakan pendapatnya tanpa mendapat teguran. Prologis dalam survey mempunyai nilai tinggi di kriteria untuk karyawannya: “Saya memiliki otoritas untuk mengerjakan pekerjaan saya” dan “saya memiliki wewenang untuk mengambil keputusan untuk melayani pelanggan dengan sebaiknya.” Dan hal ini menjadi penting untuk “memunculkan motivasi bekerja yang tinggi yang konsisten” serta menjelaskan “mengapa kita menikmati rutinitas bangun setiap pagi dan hari-hari kita dalam bekerja”. 

Tulisan di WSJ ini menegaskan bahwa di industri mana pun kita bekerja, pemberdayaan karyawan adalah penting. Bagaimanapun juga, perusahaan atau organisasi adalah kumpulan orang-orang, sehingga memastikan setiap orang bekerja menjadi versi terbaiknya menjadi sangat penting. Tugas pemimpin adalah memberi teladan dan memberi ruang serta lingkungan yang kondusif bagi karyawan yang diberdayakan.

 

Sumber foto: GenITeam.com