Dalam teori kepemimpinan dikenal istilah Leadership Shadow (bukan sisi gelap pemimpin ya), mungkin lebih tepat diterjemahkan sebagai bayang-bayang (silhouette) kepemimpinan. Leadership Shadow mengacu pada aspek bawah sadar dari personalitas pemimpin yang mempengaruhi perilaku dan pengambilan keputusan. Termasuk di dalamnya: sifat-sifat, kebiasaan, dan kecenderungan yang seringnya tersembunyi dari kesadaran pemimpin yang mempengaruhi gaya kepemimpinan.
David Novak, mantan CEO KFC dan Pizza Hut mengatakan “Every leader casts a shadow, so be aware of the fact that people will do what you do”. Setiap pemimpin menimbulkan bayangan, berhati-hatilah bahwa secara faktual orang akan mengikuti apa yang Anda lakukan.
Mudahnya begini, seorang politisi yang korupsi berkoar-koar bahwa dirinya tidak korupsi dan membenci korupsi. Tapi perilakunya (sadar tau tidak sadar) melakukan korupsi. Hal ini pasti dicontoh oleh anak buahnya. Si anak buah tidak mendengar apa yang diucapkan si politisi ini, tapi melihat dan mencontoh apa yang dilakukan si politisi ini (shadow).
Contoh lain: seorang pemimpin mengatakan agar timnya selalu menjaga kebersihan di kantor. Tapi secara tidak sadar dia membuang puntung rokok sembarangan. Kira-kira yang dicontoh anak buah yang mana? Yang diomongkan atau dilakukan pemimpin? Paling kalau ada pemimpin saja anak buah nurut (karena takut), tapi kalau nggak ada ya pasti akan buang puntung sembarangan.
Pemimpin itu tidak hanya menjadi contoh apa yang diucapkan, tapi juga segala hal yang dilakukan baik sadar maupun tidak sadar. Contoh lain: Seorang pemimpin bisa saja secara sadar selalu memotivasi tim nya untuk selalu semangat berjuang melawan ketidakadilan. Tapi secara tidak sadar menyiratkan kegalauannya sendiri dalam menghadapinya. Ketidakkonsistenan ini sudah pasti akan dicontoh timnya. Alih-alih akan membangun tim yang semangat berjuang secara konsisten, yang terjadi adalah mengumpulkan tim galau yang kadang-kadang semangat.
Kenapa saya membawa topik ini? Saya ingin menggarisbawahi makna “keteladanan” seorang pemimpin itu tidak hanya dari apa yang dikatakan, tapi juga yang dilakukan baik sadar maupun tidak sadar. Yang pertama memang lebih mudah, yang kedua ini jadi sangat sulit. Karena perbuatan tidak sadar ini bisa muncul dari pikiran bawah sadar (subconscious mind) atau pikiran tak sadar (unconscious mind).
Di sinilah pentingnya pemimpin yang telah selesai dengan dirinya sendiri. Tidak mementingkan dirinya sendiri (non-egoistik). Pemimpin seperti ini dalam bertindak sadar atau tidak sadar akan selalu selaras dengan yang dipikirkan dan yang dikatakan.
Ada sih teori yang menjelaskan diagram model “shadow leadership” tapi kok kayaknya malah jadi rumit, membingungkan, dan tidak efektif. Lebih mudah dicerna kutipan dari Buku Sigma Leadership hal. 49.
Kenapa ada orang yang seperti ini? Menjadi pemimpin tetapi dia menjadi tirani, menjadi pemimpin tapi dia otoriter hanya mengedepankan keinginan egoistiknya? Jawabannya adalah karena orang-orang selalu punya free will dan bisa memilih untuk selalu egoistik, dan orang-orang seperti ini kita katakan sebagai orang-orang yang belum selesai dengan dirinya sendiri. Mereka banyak luka batin, mereka banyak watak angkara murka di dalam dirinya. Mereka banyak obsesi egoistik. Itulah yang kita bisa temui di banyak tempat saat ini.
Jadi mayoritas pemimpin, entah di organisasi bisnis, entah di ormas, entah di pemerintahan, itu adalah mereka-mereka yang masih penuh dengan luka batin. Mereka punya trauma di dalam hidupnya yang belum beres, sehingga kepemimpinannya itulah proyeksi dari luka batinnya itu. Kalau mereka dulunya suka disakiti, ada kecenderungannya pada akhirnya punya prinsip “Ah gantian lah saat ini gue yang menyakiti orang lain”. Kalau mereka dulu merasa miskin, mereka prinsipnya begini: “Ah sekarang saatnya memperkaya diri (karena membayangkan bahwa dengan kekayaannya itu mereka akan bahagia)”.
Justru Avalon Consulting itu didirikan untuk melahirkan para pemimpin yang bebas dari luka batin. Karena tanpa bebas dari luka batin, pemimpin itu akan menjadi pemimpin yang manipulatif.
Jelas, pemimpin yang telah beres dengan luka batin, trauma masa lalu, dan watak angkara yang bisa mensinkronkan pikiran sadar, bawah sadar, dan tak sadar. Sehingga sinkronisasi antara pikiran, perkataan, dan perbuatan akan terjadi dengan sendirinya.
Apakah ada hubungan antara “leadership shadow” dengan budaya perusahaan/organisasi? Dari contoh-contoh di atas, sudah semakin jelas bahwa Budaya Organisasi adalah Bayangan Pemimpin. Artinya, segala pikiran, perkataan, dan perbuatan pemimpin baik sadar atau tidak itulah yang membentuk budaya di organisasi.
Eko Nugroho
Leadership Coach dan Vice Chairman The Avalon Consulting
26 Juni 2024