Skip to main content

Setiap pergantian presiden memberikan harapan baru akan perubahan arah bangsa kita menjadi lebih baik. Banyak hal disiapkan untuk mewujudkan hal ini, seperti perubahan organisasi kementerian, pendirian lembaga baru atau melakukan penguatan lembaga-lembaga lama yang “mati suri” dan tentunya orang-orang baru juga. Namun kalau kita melihat rutinitas pergantian presiden selama ini, kok tidak ada perubahan mendasar yang terjadi.

Saya bukan ahli tata negara atau politik, sehingga mungkin analisa saya kurang relevan. Tapi pengalaman saya 28 tahun plus di dunia korporasi, dan berpengalaman mengamati kegagalan dan keberhasilan menciptakan perubahan di perusahaan sepertinya bisa menjadi masukan.

Dalam korporasi, ada yang disebut nilai-nilai (values) perusahaan dan budaya (culture) perusahaan. Hal pertama adalah nilai agung yang mendasari perilaku insan perusahaan (pimpinan dan karyawan) seperti: ketulusan, integritas, komitmen, keselamatan kerja dan sebagainya. Kedua adalah panduan perilaku yang diturunkan dari nilai-nilai perusahaan seperti tepat waktu bila datang ke pertemuan kantor, memakai alat pelindung diri dalam bekerja, jujur dalam berkata, menepati komitmen yang sudah dibuat dan lain-lain. Panduan budaya perusahaan ini bisa dibuat detail bagi pimpinan perusahaan, middle management dan karyawan. Setiap level karena tugas dan tanggung jawabnya berbeda, sehingga mempunyai perilaku yang tentunya berbeda.

Dalam prakteknya, penerapan budaya perusahaan ini hanya keren di atas kertas saja, bila tidak dilakukan sepenuh hati oleh pimpinan perusahaan. Dalam istilah kerennya “walk the talk” (lakukan apa yang dikatakan). Atau apa yang dituangkan dalam budaya perusahaan harus dilakukan oleh pimpinan perusahaan dulu dan kemudian menjadi teladan dalam perilaku sehari-hari. Tanpa contoh dari pimpinan, budaya perusahaan yang diharapkan hanya menjadi pajangan di dinding atau di dokumen perusahaan yang hanya menjadi arsip.

Contoh pimpinan yang tidak “walk the talk” nilai keselamatan kerja diturunkan dalam budaya perusahaan menjadi perilaku: “selalu menggunakan APD (alat pelindung diri) yang baik untuk melindungi pekerja dalam hal terjadi kecelakaan kerja”. Dalam praktiknya, pimpinan perusahaan tidak menyetujui pembelian APD baru karena sudah melebihi anggaran. Ini jelas akan diartikan oleh bawahan bahwa tidak apa-apa tidak menggunakan APD dalam bekerja.

Pengalaman saya mengajarkan, sistem yang baik tidak akan berjalan dengan baik bila tidak diimbangi dengan insan-insan perusahaan yang bertekad kuat melakukan perubahan budaya perusahaan dengan sepenuh hati yang tentunya dimulai dengan pimpinannya.

Kalau kita angkat ke skala Nasional, perubahan sistem yang sedang direncanakan oleh tim Presiden yang baru, menurut saya perlu diimbangi dengan pembangunan manusia-manusia yang baik juga untuk bisa menerapkan sistem yang direncanakan. Dari setiap pemerintahan yang berkuasa, kita sebagai rakyat jelata selalu dipertontonkan dengan perilaku pimpinan yang jauh dari “walk the talk”. Mereka-mereka yang sebelumnya berteriak dengan lantang menolak korupsi, sayangnya kemudian jatuh ke jeratan korupsi. Saat kampanye berjanji melakukan yang terbaik untuk bangsa dan negara ini kemudian lebih mementingkan keluarga, kelompok, dan partainya.

Perubahan nilai dan perilaku manusia untuk membawa bangsa ini dimulai dengan pimpinan tertinggi negara (Presiden) dan tentunya lingkaran inti Presiden. Untuk kita, rakyat jelata, perubahan menjadi lebih baik dimulai dari diri sendiri.

 

Sumber foto: freepik