Ajaran dasar dalam Sigma Leadership adalah kita bisa memimpin diri sendiri sebelum memimpin orang lain. Kita harus bertanggung jawab atas diri kita sendiri. Kita tidak bisa menempatkan diri kita sebagai korban, dan menyalahkan semua di luar diri. Misalnya: saya tidak bisa sekolah tinggi karena orang tua saya miskin, coba saya punya orang tua tidak pemarah mungkin saya tidak punya luka batin, karena bencana alam saya kehilangan harta saya, dan seterusnya. Intinya, menyalahkan hal-hal di luar diri atas ketidaksuksesan atau ketidakberhasilan diri sendiri. Kita punya kendali atas diri kita dan punya pilihan apakah hanyut dengan hal-hal di luar diri atau memilih tetap bahagia apa pun yang terjadi di luar diri.
Saya garis bawahi: kita punya pilihan. Contoh lain: bersikap terhadap pemimpin di negeri ini yang amburadul korupsinya, kita punya pilihan: marah-marah, dendam, dan kemudian menghujat dan nggak ngapa-ngapain. Atau kita tetap berkarya semampu kita dan kita menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa bekerja dengan suka cita dengan hati murni dan tentu tanpa korupsi. Tidak penting seberapa kecil atau besar karya kita, tapi Anda bertanggung jawab untuk memperbaiki diri dan negeri ini. Sekali lagi, pilihan itu di dalam diri kita, apa pun yang terjadi di luar kita.
Kebiasaan menyalahkan ini ternyata juga tidak hanya atas hal-hal di luar diri, tapi juga bisa menyalahkan diri sendiri. Kita sering menyalahkan kondisi fisik kita yang terbatas, menyalahkan emosi kita yang gampang senggol bacok, menyalahkan kenapa saya tidak punya tekad kuat, bahkan menyalahkan diri karena belum hening maka belum bisa selaras dalam berpikir, berkata dan berbuat, dll. Akhirnya kita tenggelam dalam ketidakberdayaan, selalu mencari alasan untuk tidak bisa berkembang. Lho yang punya diri kan Anda sendiri, jadi Anda yang punya kendali atas diri Anda. Jadi tidak ada alasan Anda untuk menyalahkan diri sendiri juga.
Keduanya: baik menyalahkan “dunia’ maupun menyalahkan diri sendiri adalah toxic (racun). Dua kebiasaan ini membuat kita tidak bertanggungjawab atas diri kita sendiri. Anda punya pilihan untuk menjadi ksatria (bertanggung jawab atas diri Anda) atau cemen (lari dari tanggung jawab). Mulailah lepaskan diri Anda dari menyalahkan “dunia” dan diri Anda sendiri. Sadari ke-cemen-an Anda, terus perbaiki sikap Anda untuk tidak cemen dan bergerak ke arah yang lebih baik. Tapi Pak, saya nggak bisa konsisten melakukannya…, nah kan menyalahkan diri sendiri lagi!
Albert Einstein pernah berkata: “Insanity is doing the same thing over and over and expecting different results”. Kegilaan (ketidakwarasan) adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda. Jadi, mari kita tinggalkan kebiasaan menyalahkan diri dan dunia agar kita menjadi pribadi yang hebat dan kemudian menjadi pemimpin yang hebat juga.
Sumber foto: potentialunleashed.com.au/