Di Avalon, kita semua tahu, menjadi pemimpin yang hebat kuncinya adalah kita telah selesai dengan diri kita sendiri. Kita telah melampaui sisi-sisi gelap kita dan tindakan kita tidak lagi berlandaskan kepentingan egoistik. Baik kepentingan egoistik pribadi, keluarga, kelompok, dll. Sayangnya, menjadi manusia yang telah selesai dengan dirinya adalah sesuatu yang tidak mudah. Nah terus gimana dong? Saya kapan bisa menjadi pemimpin yang hebat, padahal faktanya saya sudah menjadi pemimpin formal? Apakah berarti saya harus meninggalkan apa yang saya lakukan, menjauhi dunia dan menjadi pertapa? Baru kemudian setelah mendapat pencerahan kita baru bisa menjadi pemimpin yang hebat? Tentu tidak.
Kita bisa menuju menjadi pemimpin yang hebat dengan melakukan tindakan kita sehari-hari dalam memimpin yang selaras sesuai akal sehat kita. Contoh; kita memimpin toko obat yang menjual obat dengan berbagai macam ragam. Ada beberapa obat yang memang mempunyai “profit margin” (laba) yang tinggi dan ada juga yang rendah dengan keefektifan yang sama. Keinginan egoistik adalah kita menjual obat-obat yang “mahal” (karena laba tinggi) walaupun kita tahu pengaruh obatnya sama. Praktek seperti ini bisa kita ubah menjadi kita fokus pada peningkatan kepuasan pelanggan. Kita memberi edukasi yang tentang beberapa obat dan menyerahkan pilihan kepada pelanggan. Edukasi yang jujur (dan tulus) ini akan menanamkan kepercayaan (trust) pelanggan kepada kita. Pelanggan yang percaya, akan datang lagi atau memberikan referensi toko obat kita kepada orang lain.
Bahwa bila telah kita beri edukasi tentang berbagai macam obat namun pelanggan tetap memilih obat yang “mahal” itu adalah pilihan pelanggan. Pelanggan tidak akan merasa “ditipu” karena kita telah memberikan informasi yang jujur (dan tulus). Saya tambahkan tulus karena bisa saja jujur tapi tidak tulus. Kita menjelaskan informasi tentang obat dengan fakta-fakta (jujur) tapi masih mengharap pelanggan beli yang “mahal” (ini tidak tulus) 😁.
Sikap sederhana di atas bila dilakukan terus menerus dalam sikap aksi sehari-hari akan menginspirasi anak buah kita. Anda pelan-pelan menuju pemimpin yang bisa memberikan inspirasi kepada yang Anda pimpin. Anda telah membangun lingkungan kerja yang penuh dengan kejujuran dan ketulusan. Anak buah Anda akan meniru Anda dan melakukan hal yang sama dengan yang Anda lakukan, yaitu memberikan yang terbaik untuk pelanggan dan tidak memikirkan keuntungan jangka pendek. Pelanggan bukan hanya sekedar pembeli produk tapi bisa menjadi teman yang mereka bisa percaya dalam membeli obat. Dan melakukan ini sebenarnya menyenangkan karena memberi rasa kepuasan tersendiri karena telah melakukan perbuatan baik bagi orang lain.
Anak buah yang telah terinspirasi dengan kejujuran dan ketulusan juga akan menerapkannya dalam relasi hubungan atasan bawahan dan relasi dengan sesama teman kerja di kantor. Bahkan anak buah bisa membawa perilaku ini tidak hanya di kantor atau tempat usaha, tapi juga di lingkungan privat seperti keluarga dan lingkungan sekitarnya.
Di atas adalah contoh sederhana yang bisa diterapkan di mana saja Anda memimpin. Anda bisa memberikan inspirasi kepada yang Anda pimpin kalau Anda telah memberi contoh yang nyata. Pemimpin tidak hanya menonton perubahan tapi pemimpin adalah pelaku dan penggerak perubahan. Apakah mudah? Tentu tidak. Pada saat jatuh tempo cicilan mobil sudah dekat atau gajian karyawan sudah dekat, dorongan menjual obat yang mahal pasti akan muncul. Tapi di situlah ujiannya. Mampukah Anda konsisten untuk tidak mementingkan diri sendiri dan konsisten memberikan yang terbaik untuk pelanggan?
Menjadi pemimpin yang telah selesai dengan diri sendiri bisa dimulai dalam tataran aksi keseharian kita. Lakukan yang terbaik dengan ketulusan paripurna.
Eko Nugroho
Leadership Coach dan Vice Chairman The Avalon Consulting
20 September 2024
Sumber foto: LinkedIn