Skip to main content

Dalam beberapa tahun belakangan ini, Boeing mendapat tantangan yang bertubi-tubi. Kejatuhan pesawat Lion Air dan Ethiopian Air menyisakan kesan bagaimana Boeing berubah dari perusahaan “engineering” ke “wallstreet. Dan ini berujung pada ketidakpercayaan karyawan dan kemudian melakukan mogok kerja . Untunglah mogok kerja ini akhirnya bisa diselesaikan di akhir tahun 2024. 

Pemogokan dan masalah internal Boeing berakibat pada keterlambatan dalam menyelesaikan pembuatan pesawat jet komersialnya. Beberapa airline pembeli pesawat Boeing akhirnya memutuskan kontrak dengan Boeing dan pindah membeli Airbus. Di tahun 2024, Boeing hanya memproduksi 348 pesawat jet komersial, sementara Airbus bisa memproduksi 766 pesawat. 

Urusan Boeing dengan kejaksaan di AS (DOJ) juga belum selesai. Boeing mengakui bersalah atas penipuan terhadap FAA (Federation Aviation Administration) sebelum kejatuhan pesat di Ethiopia dan Jakarta. Jumlah yang harus dibayar oleh Boeing dalam kasus ini bisa mencapai US$ 2.5 milyar. Boeing sendiri telah membayar SEC (pengatur pasar modal AS) sebesar US$ 200 juta karena CEO nya waktu itu memberikan pernyataan yang salah terhadap publik setelah kejatuhan dua pesawat 737 MAX-nya. 

Boeing Aerospace juga dipermalukan karena dua astronot tidak bisa kembali ke bumi dan harus berada di angkasa selama 8 bulan. Pilot-pilot ini direncanakan hanya beberapa hari saja di ruang angkasa. Tapi karena kesalahan kapsul starliner, Calypso buatan Boeing, mereka harus terjebak di stasiun angkasa Internasional. Untunglah Elon Musk dengan kapsul SpaceX nya dapat membawa kembali kedua astronot ini ke bumi pada 18 Maret 2025.

Terlepas dari tantangan yang bertubi-tubi ini, beberapa hari ini Boeing mendapat angin segar dari pemerintahan Presiden Trump. Perusahaan kebanggaan AS dengan karyawan sekitar 171.000 orang ini mendapat perhatian khusus dari Presiden Trump, yakni:

  1. Boeing sedang berupaya menarik kembali perjanjian “bersalah” nya dari Kejaksaan AS dan berharap Jaksa baru dalam pemerintahan Trump bisa meringankan dakwaan untuk menyelamatkan perusahaan dari kejatuhan lebih besar. 
  2. Boeing mendapat kontrak baru untuk membuat pesawat Jet Tempur F-47 (generasi 6). Jumlah kontrak yang diberikan pemerintah AS lebih dari US$20 milyar. Nama F47 ini sendiri diambil sebagai penghormatan kepada Donald J. Trump sebagai presiden AS ke 47.

Dengan konsep MAGA (Make America Great Again), menjadi logis Presiden Trump ingin mengembangkan perusahaan yang sudah berada di AS, menjadi bertumbuh dan kembali menjadi kebanggaan AS. Memberi beban tambahan kepada Boeing menjadi kontra produktif disaat AS sedang berusaha menarik perusahaan asing berinvestasi di AS. 

Dengan dua hal diatas diharapkan Boeing dapat bangkit dari keterpurukannya dan menjadi kembali salah satu pilar industri AS. Sekarang kembali tanggung jawab berada di pemimpin dan karyawan Boeing untuk dapat kembali bersatu dalam memproduksi pesawat komersial sesuai tenggat waktu dan memproduksi pesawat Jet Tempur F-47 tepat waktu.

Eko Nugroho
Mentor The Avalon Consulting
27 Maret 2025