Peran pemimpin sebagai perintis perubahan telah sering dibahas dalam kelas-kelas yang diselenggarakan oleh The Avalon Consulting. Pemimpin yang hebat harus bisa mengajak banyak orang untuk berubah dan mampu mengubah keadaan di sekitarnya. Lalu perubahan apa yang hendak diciptakan?
Dalam sudut pandang spiritual murni, sangat penting untuk pertama-tama mengubah diri kita sendiri terlebih dahulu sebelum kita mampu mengubah lingkungan di sekitar kita yang lebih luas. Jangan sibuk mengurus dunia luar yang lebih luas, sementara kita tidak tuntas membereskan diri sendiri.
Meski demikian, di saat yang sama, spiritualitas juga mengajarkan agar kita tidak hanya memikirkan kebahagiaan diri sendiri. Paradoksnya, justru saat kita hanya memikirkan diri sendiri kita akan terjebak pada ketidakbahagiaan. Kita menjadi kehilangan makna hidup. Spiritualitas yang murni mengajak kita untuk punya kepedulian dalam skala yang lebih luas, kita dituntun untuk peduli pada nasib bangsa dan nasib planet bumi ini.
Dalam pembelajaran kepemimpinan The Avalon Consulting ini, kita diajak untuk menggulirkan satu perubahan, yaitu perubahan pada level negara dengan visi Indonesia menjadi negeri surgawi. Kita juga memiliki visi perubahan pada level global yang selama ini kita sebut sebagai bumi surgawi. Namun, kita tidak mungkin mengubah realitas yang kompleks dari planet ini tanpa sungguh-sungguh memperbaiki diri.
Bagaimana ini bisa terjadi? Berdasarkan pengalamannya, Setyo Hajar Dewantoro, Chairman dari The Avalon Consulting, menemukan bahwa saat kita berbenah diri menata medan energi kita, hidup kita pun akan semakin tertata. Kita akan punya optimisme, bahwa mengubah sebuah cakupan yang lebih luas bukanlah hal yang mustahil.
Selanjutnya, ada beberapa model atau metode yang digunakan orang untuk mengubah dirinya. Metode tersebut antara lain:
- Metode Religius
Orang-orang religius yang meyakini metode ini selalu memahami dirinya sebagai objek. Dia membayangkan Tuhan sebagai sosok yang punya hak penuh untuk menentukan nasibnya sendiri sebagai manusia. Mereka yang seperti ini menggunakan pendekatan untuk mengubah dirinya dengan banyak berdoa. Mereka berdoa kepada Tuhan agar Tuhan mengubah dirinya. Kalau orang itu miskin, maka doanya, “Tuhan berikanlah rezeki yang banyak. Aku ingin jadi orang kaya, maka jadikanlah aku orang kaya.” Sikap seperti ini menuntut Tuhan yang harus bekerja, sementara manusia hanya menjadi objek. Inilah yang terjadi pada kebanyakan manusia saat ini.
- Metode Pemberdayaan Diri
Ketika seseorang mulai punya kesadaran bahwa ia bukan hanya objek, tapi bisa menjadi subjek bagi kehidupannya sendiri. Ia mulai disadarkan bahwa manusia bisa menentukan takdirnya sendiri. Ia bisa mendesain hidupnya sendiri. Manifestasi tindakan model ini adalah individu tersebut mulai mengandalkan kekuatan otaknya sebagai kekuatan kemanusiaannya, dan terapannya bisa dalam bentuk afirmasi.
Di luar sana, banyak yang menggunakan cara ini dan melabelinya sebagai penerapan dari hukum tarik menarik atau law of attraction. Contoh paling sederhana adalah orang-orang diajak meyakini sebuah rumus bahwa apa pun yang terjadi dalam kehidupan ini adalah persis seperti yang dipikirkan, maka orang diajak untuk berpikir positif. Mereka diajak untuk mengafirmasi hal-hal yang positif. Namun, apakah kenyataannya kemudian, pikiran dan kata-kata positif itu bisa mengubah kenyataan? Belum tentu juga.
Sebagian orang mengembangkan teknik yang lebih canggih, yaitu dengan menggunakan pendekatan konsentrasi penuh. Mereka diajak untuk berkonsentrasi dan konsisten memikirkan sesuatu sampai itu terjadi. Asumsi model ini adalah di dalam pikiran manusia ada kekuatan kreatif. Kekuatan kreatif tersebut bisa bekerja saat manusia masuk ke gelombang otak tertentu hingga betul-betul berkonsentrasi, dan kemudian konsisten ada dalam kondisi itu. Biasanya, jika menggunakan pendekatan ini, satu orang berhasil, sementara 99 orang gila. Hal ini terjadi karena orang-orang tersebut terjebak ke dalam egonya. Ternyata menggunakan metode yang berhasil bagi sebagian orang, tidak berhasil buat dirinya sendiri.
- Metode Spiritualitas Murni
Inilah yang sedang kita lakukan bersama di The Avalon Consulting. Anda semua dibimbing untuk mentransformasi diri dan nasib Anda. Dengan beberapa kesadaran yang mendasar: (1) Anda adalah penentu dari nasib Anda sendiri. Anda punya freewill. Dengan freewill itu kemudian Anda punya kebebasan untuk memilih. Tetapi dalam batasan tertentu, sesuai dengan karma yang telah Anda taburkan. (2) Supaya Anda bisa mengubah diri, Anda harus membereskan medan energi yang melingkupi diri Anda, karena nasib Anda ditarik oleh medan energi itu.
Agar medan energi itu kemudian bisa selaras, harmoni, dan jernih, maka Anda harus betul-betul memastikan terjadi proses purifikasi atau penjernihan pada diri Anda. Pada saat yang sama, segenap gerak pikir, kata-kata, dan tindakan Anda dijalankan mengikuti tuntunan yang paling Agung, yang muncul dari relung hati. Sikap dasar ketika ini semua dijalankan adalah sikap kepasrahan yang total.
Sikap kepasrahan yang total ini artinya secara materiel dan fisik Anda melakukan yang terbaik. Tetapi, secara mental Anda tidak memaksakan apa pun. Anda masuk ke dalam keheningan, lalu Anda menyabdakan bahwa yang terjadi adalah apa pun yang merupakan kehendak dari Sang Sumber Kehidupan. Anda menjadi wahana bagi bekerjanya kekuatan dari Sang Sumber Hidup. Hal itu terjadi ketika Anda ada dalam kepasrahan.
Sekarang Anda mulai perhatikan, “Anda masuk kategori yang mana? Apakah Anda orang yang suka berdoa meminta Tuhan untuk mengubah nasib Anda? Atau Anda orang yang suka berafirmasi menciptakan realitas nasib dengan kata-kata Anda sendiri? Atau Anda adalah orang yang konsisten ada dalam keheningan yang betul-betul dalam kepasrahan total? Membiarkan yang terjadi dalam hidup Anda itu sesuai dengan kasih dan keadilan Tuhan. Tetapi, pada saat yang sama Anda juga sungguh-sungguh berupaya untuk menjernihkan jiwa raga Anda, lewat jalan keheningan.”
Silakan Anda jujur pada diri sendiri. Mana sebetulnya kategori yang pas untuk diri Anda. Kalau Anda memilih yang ketiga, itulah jalan yang kita lakukan di program-program The Avalon Consulting. Namun, catatannya adalah Anda harus mengerti bahwa transformasi pada diri Anda tidak akan terjadi kalau Anda hanya berhenti di wilayah pengertian secara kognitif terhadap materi yang diajarkan.
Kalau Anda mengerti teorinya saja, tanpa ada upaya yang sangat serius untuk menjalankan keheningan secara konsisten hingga kualitas hening Anda meningkat, maka Anda tidak akan mengalami transformasi. Transformasi hanya berjalan setelah pengertian tumbuh, lalu Anda konsistensi di dalam praktiknya. Oleh karena itu, mari kita mulai menjalani proses menjadi pemimpin yang membawa perubahan dengan berjuang sungguh-sungguh menjalankan laku hening cipta. Kita ubah diri kita dan berjuang untuk Indonesia yang jaya.
Setyo Hajar Dewantoro
ALOC Batch 4 Sesi 3