Skip to main content

Active listening leads to clear communication.

Active listening atau kemampuan mendengarkan dengan aktif adalah keterampilan berkomunikasi yang melibatkan perhatian penuh terhadap lawan bicara. Dalam tataran kognitif, berupa kemampuan memahami pesan yang disampaikan, dan memberikan tanggapan yang relevan. Tetapi dalam kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership , keterampilan mendengarkan dengan aktif lebih dari sekadar mendengar, menghafal, dan memahami secara kognitif di permukaan, tetapi melibatkan pemahaman yang mendalam dalam menemukan makna atau esensi, memahami pola berpikir, pola emosi, dan konteks pembicaraan secara utuh terhadap apa yang disampaikan oleh lawan bicara.

Active listening adalah proses memahami atau mengerti dengan mendalam dan komprehensif, tentang apa makna yang tujuan dari penjelasan yang dilakukan oleh lawan bicara. Kemampuan yang membutuhkan mindful fokus atau perhatian yang disertai dengan kesadaran. Active listening bukan hanya berupa sikap berdiam diri ketika orang lain sedang berbicara, atau menjadi empathetic dengan memberikan tanggapan berupa sikap tubuh dan respon verbal persetujuan saja. Active listening bukan tentang kemampuan mengulang kembali kalimat-kalimat yang disampaikan oleh lawan bicara saja. Tetapi lebih dari pada itu, merupakan keahlian dalam memproses dan mencerna penjelasan dengan minim bias dan distorsi, melalui jendela perspektif yang lebih luas, sehingga mampu menjabarkan kembali dalam pengertian personal yang otentik tanpa membiaskan esensinya.

Kebanyakan individu yang tampak mendengarkan, tidak mendengarkan dengan aktif. Isi pikiran akan sibuk dengan hal lain, seperti membayangkan dan memikirkan hal lain, sibuk menganalisa dengan tidak relevan, atau sibuk memperhatikan hal lain dari lawan bicara yang bukan esensi dari penjelasan. Sikap yang tampak seperti sedang mendengarkan, sebenarnya malah sibuk menilai dan merencanakan respon apa yang akan diberikan setelah lawan bicara selesai menjelaskan. Hal ini sudah dibuktikan oleh banyak penelitian bahwa, kebanyakan individu hanya mampu memberikan maksimal separuh perhatiannya terhadap lawan bicara. Sehingga walaupun tampak diam dan memperhatikan, sebenarnya tidak melakukan active listening melainkan mindlessness listening atau mendengarkan tanpa kesadaran.

Maka, melalui metode pelatihan kepemimpinan berbasis kesadaran, meningkatkan self-awareness dan praktik mindfulness menjadi elemen penting yang akan meningkatkan kualitas fokus  dan kemampuan mendengarkan secara aktif. Dengan meningkatkan kemampuan mendengarkan secara aktif,  akan berdampak besar bagi keterampilan komunikasi , karena  melibatkan perhatian penuh, dan pemahaman mendalam terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara. Peningkatan active listening berperan dalam membangun kecerdasan emosi (emotional intelligence) . Yaitu dengan membangun habit  untuk menghayati dan memahami pesan verbal dan nonverbal, serta landasan berpikir yang melatari. Memahami sudut pandang orang lain secara utuh, tidak hanya menangkap sepotong saja, sehingga dapat memberikan respons yang relevan, dengan cara yang tepat, sebagai bukti sebuah pemahaman mendalam.

Kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership, menggunakan langkah berikut dalam melatih kemampuan active listening:

  1. Melatih Fokus.
    Latihan memberikan perhatian seutuhnya, hadir penuh dalam isi pembicaraan. Latihan memperhatikan dengan menjadi passive listener, merupakan awal yang baik untuk dilanjutkan dengan active listening. Berikan perhatian pada lawan bicara dengan kontak mata, atau bahasa tubuh yang tepat, bahkan ketika tidak setuju dengan sudut pandang yang diberikan. Hindari distraksi, dan apabila terhanyut pada hal lain, bawa kembali perhatian terhadap isi pembicaraan.
  2. Paraphrasing.
    Ucapkan kembali pengertian dari isi pembicaraan dalam ekspresi bahasamu sendiri, untuk memastikan telah memahami pesan dengan tepat.
  3. Meningkatkan Self-Awareness .
    Melatih dan meningkatkan fungsi observasi yang netral. Meredakan keinginan untuk memberikan penilaian, analisa dan nasihat. Hentikan keinginan untuk memberikan respon yang tidak relevan. Stop dulu keinginan untuk segera mengerti dengan belajar memahami pola respon pada diri sendiri. Self-awareness bukanlah self focus, tetapi meningkatkan kepekaan agar siap untuk mengkalibrasi keyakinan individual dalam memahami sudut pandang lawan bicara dengan wawasan yang lebih terbuka.
  4. Be Mindful.
    Praktik mindfulness . Sadari kapan perhatianmu bergeser kepada hal lain, bukalah kesadaran agar perspektif menjadi lebih luas dan lebih mudah menangkap apa yang tidak tampak di permukaan. Capailah kesadaran yang jernih dan bebas dari bias untuk menjernihkan pola nalar dan sudut pandang.
  5. Evaluasi dan Refleksi.
    Evaluasi kembali pemahamanmu, merefleksikan kembali apa yang telah berhasil dimengerti untuk memastikan relevansi agar tidak keluar jalur. Biasakan mendengarkan untuk mengerti, bukan untuk merespon.
  6. Jernihkan Pemahaman.
    Jernihkan dan luruskan pemahaman dengan mengkonfirmasi kembali. Jadilah otentik dengan jujur bertanya apabila belum mengerti. Buang keinginan untuk terlihat pandai dan buang ketakutan akan validasi yang dianggap bisa meruntuhkan citra. Bertanyalah apabila tidak mengerti dan ajukan pertanyaan terbuka (open-ended question) untuk menggali lebih dalam informasi serta memastikan pemahaman yang lebih baik.
  7. Curiosity Kills The Cat.
    Perhatikan kapan perhatianmu terhanyut dalam rasa penasaran atau kepo yang tidak relevan. Hentikan potensi perhatian yang salah jalur dan kembali kepada pertanyaan atau rasa ingin tahu yang kontekstual.
  8. Observasi Netral.
    Berikan ruang kepada lawan bicara untuk menjelaskan. Tidak semua penjelasan perlu dianalisa dan diberi respon. Tidak semua problematika membutuhkan solusi, tetapi justru perlu diberikan perhatian dan waktu untuk berproses. Tidak perlu hanyut dan terlibat dalam emosi dan perasaan. Mengamati tanpa menilai, tanpa menganalisa dan tanpa berimajinasi demi mendapatkan gambaran pada kognitif, rasakan nafas naturalmu sepanjang mendengarkan. Tunda penilaian atau kritik sebelum sepenuhnya mampu memahami apa yang disampaikan.
  9. Summarize.
    Buatlah catatan singkat hasil diskusi dengan kesimpulan sederhana, untuk memastikan esensi diskusi telah berada di jalur yang tepat. Berikan respon dan umpan balik yang obyektif dan konstruktif, sebagai bukti telah memahami pesan yang disampaikan oleh lawan bicara.

“Be a leader who listens, speaks and acts with clear intention and pure consciousness” ~ Sigma Leadership

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
24 Juni 2025