Skip to main content

Menurut para ahli neurosains, secara natural otak memiliki default fokus kepada situasi yang dianggap sebagai masalah. Apabila mendeteksi stimulus yang dianggap sebagai sumber ketidaknyamanan, maka otak akan mengidentifikasi stimulus tersebut sebagai ancaman atau masalah,  dan memantik pikiran bekerja. Otak manusia dilengkapi perangkat untuk mengidentifikasi stimulus yang dianggap sebagai ancaman dan masalah. Batasan kategori besar kecilnya ancaman atau masalah dipengaruhi oleh beragam variabel termasuk diantaranya sisi gelap/ shadows , seperti trauma, inner child dan luka jiwa. 

Fokus atau perhatian terhadap stimulus yang dianggap sebagai ancaman atau masalah, secara spontan membangkitkan respon yang berdampak destruktif bagi kesehatan emosi dan mental. Setiap stimulus yang memberikan rasa tidak nyaman, seringkali direspon dengan reaktif dan impulsif, membangkitkan berbagai spektrum emosi dan perilaku yang membawa kepada dampak yang kurang menyehatkan. Mekanisme pertahanan diri bekerja yang otomatis, tanpa disadari akan membawa pikiran hanyut pada ancaman dan masalah, membentuk narasi yang membuat kerja otak menjadi semakin berat dan penuh tekanan sehingga menimbulkan dampak yang destruktif bagi kesehatan mental, emosi dan fisik.

Inilah mengapa bagi yang belum terbiasa mengelola fokus, seringkali hanyut dalam problematika dan ketakutan yang berlebihan. Selalu cemas akan sesuatu yang belum tentu terjadi, selalu khawatir dan penuh perhitungan, dan berkembang menjadi obsesi terhadap kontrol. Siklus kerja otak yang kurang menyehatkan ini akan berimbas kepada kesehatan baik mental maupun fisik, dan berpotensi menjadi bom waktu berupa degradasi kesehatan yang berat di kemudian hari. Bagi yang terbiasa bekerja tanpa landasan pengelolaan yang tepat, pada umumnya menyimpan bom waktu yang  baru akan dirasakan di masa depan, walaupun KPI personal dan bisnis tercapai.

Menata fokus menjadi variabel penting bagi kesehatan pola berpikir atau mindset. Melalui kemampuan mengelola fokus akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir strategis, dan kecerdasan emosi. Maka dalam kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership, latihan menata dan mengelola fokus dimulai dengan  meningkatkan self-awareness  dan dilanjutkan dengan praktik mindfulness  sampai dengan pencapaian tertingginya. Dengan berlatih untuk menata fokus maka respon spontan yang biasanya terhanyut dalam situasi yang dianggap sebagai ancaman maupun masalah, akan berpindah kepada solusi. 

Melalui self-awareness dan praktik mindfulness, akan meningkatkan kemampuan menata dan mengelola fokus serta mindset untuk memberi jeda dan tidak reaktif, sehingga dapat lebih cepat memindahkan fokus kepada solusi. Menata kembali kebiasaan terhanyut dalam masalah, dengan membangun habit baru yang konstruktif agar selalu berfokus pada solusi. Membangun habit baru agar menciptakan jalur neuron yang sehat, meningkatkan plastisitas otak, dan menciptakan jaringan baru yang lebih sehat dan menutrisi kesehatan mental dan fisik.

Solusi untuk menata fokus, mindset dan kesadaran dalam kepemimpinan berbasis Sigma dapat dilakukan dengan langkah berikut:

  1. Tingkat self-awareness mu
    Biasakan untuk memberi jeda sebelum memberikan respons, tidak reaktif dan impulsif. Berendah hati untuk membaca kembali, mendengarkan kembali, dan perhatikan pola respon serta pola emosi yang kita miliki.
  2. Berikan pertanyaan
    Hentikan terhanyut dan berkutat pada masalah. Pantik pencarian solusi dengan mempertanyakan dan meluruskan logika dengan penalaran yang logis (logical reasoning)
  3. Konsistensi
    Berlatih dengan konsisten merupakan kunci keberhasilan bagi proses penataan kembali jalur neuron yang sudah kadung membentuk otomatisasi dan pola berpikir.
  4. Ciptakan growth mindset
    Melatih fokus pada apa saja yang bisa dikontrol.
  5. Mintalah umpan balik
    Mintalah umpan balik dari pihak yang tepat, dan jadikan umpan balik sebagai sarana perbaikan dan pertumbuhan.
  6. Ciptakan habit berefleksi.
    Meninjau kembali dalam momen yang kontemplatif untuk memastikan apa saja hal yang bisa diperbaiki dan ditingkatkan.
  7. Praktik mindfulness
    Minimalkan bias dan distorsi, serta membuka perspektif yang lebih luas dengan membangun kesadaran yang jernih. Kesadaran yang jernih akan menunjang proses penataan mindset dan logika yang lebih jernih dan sehat.

 

“A journey of self growth, begins with a single step of consciousness” ~ Sigma Leadership

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
23 Juni 2025