Skip to main content

Semenjak menjadi praktisi mindfulness dan belajar ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma , saya mengalami peningkatan keahlian dalam berpikir dengan kapasitas yang tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Apalagi setelah terjun langsung praktik dan magang mengemban peran di beberapa lembaga start-up, terasa sekali otak terdaya guna dengan lebih optimal tanpa mengalami penurunan fungsi dan kualitas berpikir, walaupun umur semakin bertambah. Ilmu berupa teori yang dijalankan melalui praktik nyata di lapangan, terbukti membangun keterampilan baru sekaligus membangkitkan keahlian lama yang sempat memudar atau tenggelam karena jarang dipakai.

Dengan membangun disiplin yang konstruktif , dan memaksa diri untuk mengubah habit lama yang tidak menyehatkan menjadi habit baru yang lebih sehat, memang benar berdampak signifikan mengembalikan kesehatan fungsi organ otak beserta jaringan sarafnya. Organ tubuh dan mental yang sehat, dilengkapi dengan metabolisme yang baik, memang benar memberikan performa dalam bekerja yang tidak kaleng-kaleng. Organ tubuh termasuk otak yang mengalami proses pertumbuhan dan penyembuhan, ternyata dapat kembali bekerja dengan kapasitas terbaiknya, tanpa menimbulkan efek samping dan dampak destruktif di masa depan.

Sebelum belajar Sigma Leadership (SL) dan praktik magang di beberapa lembaga, saya tidak pernah peduli dengan keterampilan atau keahlian dalam berpikir. Kemampuan berpikir dipergunakan seperlunya saja, dan banyak menciptakan mental block yang menghambat pengembangan diri. Berlindung dibalik alasan umur yang semakin banyak, ternyata saya telah berkontribusi terhadap penurunan keahlian dalam berpikir. Kecerdasan sebagai fungsi otak terasa sekali terdegradasi karena semakin malas keluar dari zona nyaman.

Dari berbagai keahlian berpikir yang saya pelajari, banyak sekali kategorisasi yang mencerminkan kecenderungan atau karakteristik dominan bagi setiap individu. Beberapa kategori mendasar yang perlu diasah seperti ketajaman berpikir, keahlian berpikir kritis  dan berpikir strategis  merupakan modul keterampilan esensial (essential skill) yang diterapkan dalam melatih keterampilan berpikir dan membangun karakter Sigma

Ada beberapa kategori thinking skill yang menarik dan memiliki karakteristik mendekati apa yang saya pelajari melalui ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma . Beberapa temuan para ahli ini dapat menggambarkan secara parsial keahlian berpikir yang saya dapatkan hasil dari praktik dan magang ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma, seperti:

  1. HOTS, High Order Thinking Skill.
    Dirumuskan sebagai kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti menganalisis, mengevaluasi, dan menciptakan yang digunakan dalam tugas-tugas kompleks. Higher Order Thinking Skill berkembang di dunia pendidikan amerika abad 20 dengan landasan kategorisasi yang dirumuskan oleh Benjamin Bloom Taxonomy di tahun 1956.
  2. Master Thinker.
    Dirumuskan oleh psychologist Linda Elder and Richard Paul yang mengidentifikasi enam tingkat pengembangan dari critical thinking skill di tahun 1995. Menjadi master thinker ini dianggap sebagai keahlian dalam high order thinking skill sebagai habit yang konsisten, atau sebagai mode default mode pada kognisi, sehingga bekerja dengan otomatis.
  3. Metakognitif.
    Ditemukan oleh John H. Flavell in the early 1970s, dengan definisi “berpikir tentang berpikir,” yaitu keahlian berpikir yang berfokus pada kesadaran dan pengendalian proses pemikiran seseorang untuk meningkatkan pembelajaran. Menurut para ahli, metakognitif merupakan kategori dengan kualitas lebih tinggi ketimbang HOTS, karena melampaui kemampuan kognitif.

Dalam Sigma Leadership, yang disebut dengan kualitas berpikir paling tinggi, disebut dengan Sigma Thinking Skill. Keahlian berpikir dengan kesadaran murni (pure consciousness), yaitu kualitas berpikir yang dilandasi kesadaran yang jernih. Kualitas berpikir ini meliputi berbagai thinking skill bahkan melampaui kemampuan kognitif. Kejernihan seluruh lapisan kesadaran manusia, merupakan elemen penting untuk memastikan produk berpikir tanpa bias dan bersih dari distorsi bawah sadar. Sehingga rumusan tentang metakognitif adalah yang paling mendekati untuk menggambarkan apa yang disebut dengan kesadaran murni pada Sigma Leadership.

Para ahli menyatakan bahwa keahlian berpikir yang lebih tinggi seperti higher order dan master thinker merupakan keahlian yang paling sulit dicapai. Tetapi yang saya temukan adalah, justru melalui metode mindfulness + dalam ilmu kepemimpinan Sigma Leadership, keahlian berpikir dengan kualitas tinggi merupakan produk yang secara natural akan dicapai. Kesadaran murni, sebagai kualitas tertinggi dari kemampuan berpikir, akan menghasilkan berbagai thinking skill dengan kualitas paling optimal. Misalnya strategic thinking dengan kualitas paling jernih atau critical thinking dengan kualitas paling jernih, dan semua kategori dan karakter dalam keahlian berpikir menjadi berkualitas paling jernih. 

Melalui praktik mindfulness + dalam ilmu kepemimpinan Sigma Leadership, keahlian dalam berpikir dengan kualitas yang jernih, memang bukan untuk menjadi ahli dalam menghafal satu perpustakaan buku teoritik atau menyelesaikan rumus saintifik roket yang kompleks. Tetapi menjadi ahli dalam menyelami kedalaman sebuah ilmu pengetahuan (deep learning) sesuai dengan apa yang dibutuhkan dalam mengemban peran saat ini.

 

“Clear consciousness leads to clear mindset, clear attitude and positive outcomes” ~Sigma Leadership

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
21 September 2025