Skip to main content

Sengaja memilih untuk menunda sebuah pekerjaan atau kegiatan merupakan sebuah habit atau kebiasaan tidak konstruktif, menghambat efektivitas dan produktivitas. Selain menjadi bibit pengelolaan waktu (time manajement) yang buruk, kebiasaan menunda ini pun berperan terhadap degradasi kesehatan mental/ pikiran dan kecerdasan, yang akan berimbas kepada kualitas kinerja serta kualitas hidup. Kebiasaan menunda yang akut menjadi sebuah gejala psikologis yang sering disebut dengan prokrastinasi.

Apabila ingin meningkatkan dan mengembangkan diri, sebaiknya segera hentikan bibit suka menunda, hentikan habit atau kebiasaan menunda apabila sudah kadung tercipta, dan mulailah membangun habit yang lebih sehat dan konstruktif.

Melakukan latihan yang disertai dengan komitmen akan konsistensi, menjadi modal paling penting dalam membangun habit baru yang sehat dan konstruktif. Memilih sikap yang tegas kepada diri sendiri untuk meninggalkan kebiasaan yang tidak sehat dan tidak konstruktif, kemudian lakukan hal berikut untuk berlatih membangun habit baru:

 1. Mulailah mengelola waktumu dengan membuat alokasi waktu bekerja yang paling pas dan efektif bagi dirimu.

Bisa memakai salah satu metode pengelolaan waktu bekerja, misalnya menggunakan teknik interval Pomodoro yaitu 25 menit fokus bekerja dan interval jeda istirahat meredakan ketegangan selama 5 menit, sebelum mulai bekerja kembali dengan siklus yang sama.

2. Pekerjaan yang besar dan kompleks sebaiknya dipecah menjadi langkah kecil yang lebih sederhana.

Ketimbang berkutat dalam kerumitan dan kompleksitas, lebih baik mengurai pekerjaan besar menjadi langkah kecil yang lebih sederhana dan aplikatif, yang tentu lebih mudah dilakukan sehingga lebih mudah untuk diselesaikan. 

3. Tentukan prioritas apa yang dikerjakan terlebih dahulu.

Pilihlah pekerjaan dengan dengan tingkat urgensi tinggi, dan kerjakan yang dapat diselesaikan dengan waktu yang singkat terlebih dahulu.

4. Tingkatkan self-awareness, pelajari jam biologis tubuhmu.

Temukan pola kinerja tubuhmu, perhatikan kapan tubuh dan pikiran dalam kondisi  paling fit dan segar untuk menempatkan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi lebih tinggi.

5. Buatlah jadwal namun tetap jaga fleksibilitas terhadap perubahan.

Berkomitmenlah untuk secara konsisten menjalankan jadwal yang telah disusun, namun tetap fleksibel dan segera beradaptasi tanpa drama apabila ada perubahan yang membutuhkan penyesuaian. Jangan kaku seperti kanebo kering hanya demi mempertahankan idealisme personal, namun malah menimbulkan dampak yang destruktif.

6. Tingkatkan mindfulness

Luangkan waktu bermeditasi/hening untuk menghindari stress, overthinking, blank, paralyzed, overburden , dan burnout. Isi jeda antara interval bekerja dengan bermeditasi/hening, mengelola gerak pikir, respon emosi serta reaksi tubuh yang hadir selama interval bekerja.

7. Manfaatkan rekan kerja sebagai pengingat. 

Mintalah bantuan rekan kerja untuk mengingatkan. Dengarkan nasehat dan umpan balik dari rekan kerja dengan netral dan manfaatkan setiap masukan sebagai bahan untuk melakukan perbaikan.

8. Tegas menolak distraksi.

HP dan media sosial yang tidak ada relevansi dengan pekerjaan, ajakan nongkrong, ajakan bergosip dan ajakan lainnya yang tidak bermanfaat.

9. Ciptakan suasana bekerja yang menyenangkan.

Hindari lingkungan yang membuatmu mudah terdistraksi, bersihkan area kerjamu, pasang musik dan pengharum ruangan yang bisa memicu hormon bahagia. 

Kepemimpinan berbasis kesadaran, Sigma Leadership selalu mengutamakan self-awareness dan praktik mindfulness untuk menyertai setiap langkah dalam berkegiatan. Meningkatkan keahlian dan pengembangan diri yang dibarengi dengan kesadaran murni agar mendapatkan hasil yang optimal, langgeng dan holistik. Tidak hanya peningkatan kualitas kinerja di satu waktu saja, namun secara permanen meminimalkan dampak destruktif bagi kesehatan mental jiwa dan raga di masa datang.

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
25 Maret  2025