Apa itu Kepemimpinan?
Cakupan tentang topik kepemimpinan sangatlah luas, kalau dicari literatur-nya juga pasti sangat banyak. Menurut saya, kepemimpinan pada esensinya adalah tentang kemampuan/skill untuk membawa perubahan. Karena merupakan sebuah kemampuan/skill, maka kepemimpinan itu bisa dipelajari secara teori/konsep dan harus dipraktikkan pada tataran kehidupan sehari-hari.
Pemimpin seringkali diidentikan dengan titel/jabatan, daripada sebuah ‘kualitas’. Tak heran, banyak yang memakai jubah pemimpin namun tidak paham arti dari menjadi seorang pemimpin apalagi paham tentang hal-hal yang perlu dipelajari dan dipraktikkan agar menjadi seorang pemimpin yang baik. Jangankan menjadi pemimpin yang baik versi Avalon yang didasari oleh spiritualitas murni, menjadi pemimpin yang baik versi umum/non-spiritual saja sangatlah sulit.
Salah satu contoh adalah yang dibahas pada pertemuan ALOC V sesi 1, tentang bagaimana sebagai seorang pemimpin harus dapat menjalankan multi peran yang multi-approach. Harus tahu kapan harus tegas (yang), kapan harus lembut (yin). Kalau dalam kamus kepemimpinan umum, misalnya ada yang disebut ‘situational leadership’ (by Hersey-Blanchard) di mana seorang pemimpin perlu fasih dalam menggunakan 4 tipe kepemimpinan (Directing – Coaching – Supporting – Delegating) tergantung dari tingkat kesiapan (kemampuan) dan kematangan tim kerja.
Menjadi seorang pemimpin yang baik versi Avalon sangatlah tidak mudah pada praktiknya, karena pengetahuan kognitif saja tidak cukup. Kita akan lebih banyak digembleng untuk meluruhkan ego, untuk selesai terlebih dahulu dengan diri sendiri, menjadi seorang manusia berhati murni, sehingga bisa mengakses pengetahuan dan kekuatan kosmik yang berdampak pada tingkat performa kerja yang lebih efektif, efisien, dan selaras dalam bergerak sebagai seorang pemimpin.
Praktik Menerapkan Kepemimpinan Dalam Keseharian
Selain menjalani beberapa peran ber-SK (Surat Keputusan) dari organisasi formal maupun non-formal, seperti di Perusahaan yang saya jalankan (sebagai CO-Founder dan CFO), di Pusaka Indonesia (sebagai kader dan koordinator untuk program Social Entrepreneur Academy, maupun di Persaudaraan Matahari sebagai pembelajar dan leader di program kepamomongan, saya juga terus berupaya untuk menjadi pemimpin bagi diri sendiri. Di setiap peran yang saya jalankan, apapun kegiatannya selalu ada pembelajaran dan kondisi yang dinamis yang mengkondisikan saya untuk praktik langsung tentang laku keheningan yang diajarkan.
Sebagai seorang pemimpin di Perusahaan, selain menggembleng diri untuk mempelajari keuangan – pajak – HRGA – pengawasan/audit – operasional – dll, saya memegang peran penting untuk menjaga ‘kewarasan’ dan ‘keselarasan’ organisasi secara keseluruhan. Saya dituntut untuk bisa menjadi role model dalam tegas menegakkan nilai-nilai yang dijunjung perusahaan. Saat ada karyawan yang tidak perform, saya harus tegas mengambil langkah untuk memberikan umpan balik dengan dilandasi kasih murni. Ini tidak mudah, karena terkadang masih tercampur dengan emosi-emosi egoistik seperti kesal, dan lainnya. Saat kondisi perusahaan dalam kondisi yang genting, saya harus bisa tangguh, tetap tenang, dan memberikan arahan yang tepat sasaran dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Sebagai penggerak di Pusaka Indonesia, saya diberi kesempatan untuk belajar bekerja dalam koridor hening dan tataran lingkungan yang relatif dekat dengan spiritual murni ala SHD. Di sini saya digembleng untuk terus mengupayakan yang terbaik dengan penuh ketulusan. Saya diberi kesempatan untuk bekerja dengan hening untuk melakukan hal-hal yang sebelumnya tidak saya ketahui saya bisa atau go beyond. Sebagai leader di Persaudaraan Matahari, saya diberi wahana untuk memimpin/membimbing teman-teman pembelajar lain dengan penuh kerendahan hati dan ketulusan.
Selain peran-peran ber-SK di atas, saya juga bergerak sebagai pemimpin diri saya sendiri. Sampai saat ini, saya masih banyak belajar untuk bisa disiplin diri dalam menjaga keheningan, untuk membagi waktu dengan tepat, serta berkarya dengan efisien tanpa mengesampingkan kesehatan alias ngoyo.
Tak terasa, sudah 2 tahun saya mengikuti pembelajaran di Avalon di mana saya mulai ikut sejak ALOC Batch I yang dimulai September 2021 sampai saat ini yang sudah menginjak batch 5. Transformasi diri saya sebagai seorang pemimpin dapat saya rasakan nyata adanya. Beberapa tolak ukur adalah bagaimana saya lebih bisa mengalir dalam menjalani peran-peran kepemimpinan, selain itu saya juga melihat saya lebih kreatif dan efektif dalam mengerjakan tugas atau dalam mengambil langkah strategis dalam organisasi.
Masih jauh dari paripurna karena dalam masa 2 tahun pembelajaran ini pun, banyak kala di mana saya terlena dan lupa menjalani dengan serius sehingga kejatuhan-kejatuhan pun menyertai. Namun kasih, penyertaan, dan cambukan-cambukan dari Mas Guru SHD yang tidak kenal lelah selalu membangkitkan dan menjadi jangkar dalam perjalanan kepemimpinan saya.
Sosok Teladan Bagi Saya
Sangat bersyukur saya masuk ke dalam lingkaran Persaudaraan Matahari dan Pusaka Indonesia, sehingga saya memiliki seorang yang bisa saya nobatkan menjadi ‘teladan/role model’ bagi saya. Beliau tidak lain tidak bukan adalah Mas Guru SHD (Setyo Hajar Dewantoro, pendiri Persaudaraan Matahari, Ketua Umum Pusaka Indonesia, dan Chairman The Avalon Consulting ID Bagaimana tidak, sejauh yang saya kenal dan ketahui, seluruh kata-kata dan tindakan Beliau selalu konsisten dan tanpa pemanis buatan. Seluruh pelajaran yang diwedarkan, baik dalam koridor Persaudaraan Matahari maupun Pusaka Indonesia maupun Avalon, tidak ada yang kontradiktif.
Beberapa contoh konkret keteladanan Mas Guru SHD dalam koridor kepemimpinan:
1.Beliau mengajarkan tentang ketegasan yang dilandasi oleh kasih murni.
Jelas saya melihat sendiri bagaimana Beliau mengganti beberapa kader yang dinilai tidak perform. Tidak serta merta dicabut begitu saja, Beliau selalu memberikan umpan balik kepada kader tersebut dan memberikan kesempatan bagi kader tersebut untuk berbenah diri untuk kemudian dievaluasi dan apabila memang belum bisa perform, maka diganti. Lalu, setelah kader tersebut diganti, apakah Mas Guru SHD lalu misuh-misuh atau sebal dengan kader yang tidak perform ini? Jawabannya tidak. Mas Guru SHD tetap dengan penuh kasih memberikan kesempatan kepada kader ini untuk memperbaiki diri.
2. Beliau mengajarkan bahwa seorang pemimpin adalah orang yang bisa membawa perubahan yakni pergerakan yang progresif, transformatif, dan revolusioner.
Lihat seluruh organisasi yang Mas Guru SHD bentuk, hanya dalam hitungan tahun, sudah bertransformasi menjadi organisasi yang semakin solid dan menorehkan langkah-langkah konkret yang membangun. Tidak ada organisasi ecek-ecek. Lihat para anggota di dalam organisasi tersebut, berapa banyak orang yang telah bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik. Ada yang dulunya apatis dengan kondisi ipoleksosbudhankam Indonesia, sekarang lebih terbuka dan mau berkarya untuk Indonesia Raya yang Jaya. Bicara mengenai nilai-nilai Pancasila, dilakukanlah hal-hal yang memang Pancasilais. Kalau ada kader yang tidak mencerminkan perilaku Pancasilais atau melenceng, dijamin pasti kena semprit.
3. Beliau mengajarkan bahwa seorang pemimpin yang baik harus dapat mengembangkan tim nya atau developing others.
Mbak Ay Pieta sebagai Direktur di Persaudaraan Matahari, Mas Galih Komeng, adalah bukti nyata bagaimana orang-orang yang berada di bawah bimbingan Mas Guru SHD sukses berkembang menjadi pemimpin yang handal.
Tiga hal di atas merupakan sedikit dari banyak contoh-contoh nyata yang diteladankan oleh Mas Guru SHD.
Sejauh pengalaman saya berorganisasi baik secara formal maupun non-formal, di organisasi lokal maupun global, saat saya bekerja di Multinational Company di beberapa negara di luar Indonesia, saya belum pernah menemukan sosok yang sesempurna Mas Guru SHD.
Saya sangat bersyukur bisa belajar langsung dari Beliau lewat wadah Avalon ini dan organisasi-organisasi lain yang dipimpin Mas Guru SHD, sehingga saya dapat melihat dan mengalami secara otentik bahwa pemimpin yang ‘sempurna’ itu nyata adanya sehingga dapat memacu dan membimbing perkembangan diri saya menjadi seorang pemimpin yang lebih baik.
Penulis: Ariyanti Dragona
Pengusaha, Peserta Program Avalon