Majalah Forbes, 18 Nov 2024, me-release sebuah artikel dengan judul: “2025: Embracing That We Don’t Have The Future Of Work Figured Out” (Menghadapi Situasi Dimana Kita Tidak Tahu Apa Yang Terjadi Dengan Pekerjaan Dimasa Datang), ditulis oleh Nirit Cohen.
Kalau kita bicara tentang masa depan pekerjaan (future of work), kita bicara bagaimana pekerjaan berubah dari waktu ke waktu. Secara ekstrim, ada pekerjaan yang sebelumnya tidak ada menjadi ada, dan yang sebelumnya ada menjadi tidak ada. Yang pertama, contohnya adalah 15-20 tahun yang lalu kita tidak mengenal adanya pekerjaan sebagai gym personal trainer, dan sekarang, pekerjaan tersebut adalah hal yang menjamur. Sepuluh tahun yang lalu tidak dikenal adanya profesi “big data analyst”, sekarang profesi ini menjadi sangat dicari. Dulu tidak ada profesi ini, karena belum ada sistem komputer yang memang sanggup mengumpulkan “big data” ini. Contoh kedua adalah juru ketik. Dulu tidak ada kantor yang tidak punya juru ketik. Kalau kita lihat film-film lama, kantor ini berisi meja dan setiap orang memiliki mesin ketik di depannya. Sehingga bisnis kursus mengetik juga menjamur (saya mungkin termasuk generasi terakhir yang ikutan kursus). Sekarang kayaknya sudah jarang ada kursus mengetik. Travel agent juga karena perkembangan teknologi, saat ini sudah jarang kita jumpai dan diganti dengan platform digital seperti Traveloka, Booking.com, Agoda dll.
Selain perubahan dari ada dan tidak ada, future of work juga membahas bagaimana trend pola kerja berubah yang dipengaruhi oleh teknologi, keinginan bekerja di rumah, AI (artificial intelligence), bahkan disrupsi di bisnis. Karena teknologi robotik, pabrik-pabrik sekarang bisa mempekerjakan karyawan jauh lebih sedikit dengan kemampuan produksi sama atau lebih baik. Trend “work from home” dianggap lebih efisien dibanding menyewa kantor yang lebih besar. AI telah banyak menghilangkan profesi seperti data entry yang bisa dilakukan oleh AI secara otomatis. (Catatan: AI bisa mengganti pekerjaan manusia, tapi AI tidak bisa mengganti cara berpikir manusia).
Yang terakhir (disrupsi di bisnis) ini bisa kita lihat di CNN, kantor berita media terkenal. CNN sekarang harus menurunkan gaji news anchor-nya (penyiar utama) karena pendapatan CNN menurun. Orang sudah jarang nonton CNN karena dianggap tidak lagi memberikan berita yang fair. Sebaliknya platform media seperti X (dulu Twitter) atau podcast independen meningkat penontonnya. Atau kantor berita di AS, MSNBC juga konon akan dijual dengan alasan yang sama. Jadi profesi news anchor kedepan mungkin digeser oleh podcaster.
Cohen dalam artikel ini menulis ada beberapa hal yang akan dihadapi pemimpin sehubungan dengan ketidakpastian future of work di tahun 2025:
- Discovery over completion (penemuan diatas penyelesaian). Berbeda dengan manajemen proyek, masa depan pekerjaan tidak memiliki penutupan. Future of work adalah perjalanan terus menerus untuk belajar dan melakukan penyesuaian. Daripada mencari penyelesaian akhir, pemimpin akan dihadapkan pada penemuan (discovery) sebagai proses yang terus menerus. Penemuan bukan tentang kesempurnaan, tapi bereksperimen dengan cara baru, beradaptasi dengan perubahan dan belajar dari keberhasilan dan kegagalan.
- Collaboration over control (kolaborasi diatas pengendalian). Pemimpin sekarang mengerti bahwa solusi tidak bisa hanya berasal dari satu orang. Sehingga membangun lingkungan kerja dimana setiap anggota organisasi bisa diberi kesempatan (empower) untuk bisa memberikan perspektif yang unik dan memberi kekuatan. Pengendalian harus diganti menjadi kepercayaan (trust). Pemimpin mengerti bahwa tugasnya bukan memberi jawaban atas permasalahan tapi mengarahkan tim untuk mencari solusi bersama-sama. Ini yang disebut cro-ceation (bersama-sama mencipta) yang secara tidak langsung meningkatkan keterikatan karyawan kepada organisasi (engagement).
- Adaptability over Rigidity (adaptasi di atas kekakuan). Transformasi tempat kerja tidak pernah statik, proses yang selalu berubah dan berevolusi. Pemimpin mengerti untuk selalu terbuka dengan ide baru, teknologi baru, pergeseran keinginan karyawan dan tetap flexible dengan perubahan yang terjadi di luar.
- Creating new pictures together. Dengan tidak adanya gambaran jelas yang akan kita lukis di masa depan, tantangannya adalah bagaimana kita melukis dengan berjalannya waktu. Future of work bukan tentang jawaban akhir, tapi tentang bagaimana membuat pertanyaan yang tepat. Daripada secara terburu-buru membereskan setiap serpihan-serpihan masalah, kita harus mencari tahu bagaimana serpihan-serpihan masalah ini bisa disatukan bersama-sama. Masalah tidak terpecahkan dengan dengan solusi yang sudah ditentukan sebelumnya (pre-determined) tapi dengan pendekatan yang mengedepankan keingintahuan (curiosity), adaptasi (adaptability) dan kolaborasi (collaboration).
Apa yang ditulis Cohen sebenarnya telah dilakukan dalam lingkup Persaudaraan Matahari (PM) , The Avalon Consulting dan organisasi di bawah PM lainnya. Kolaborasi adalah salah satu nilai dari semua organisasi dibawah PM. Discovery adalah bagian dari Manajemen Matahari . Adaptability dalam PM sebagai diartikan dengan Resiliency yang memiliki arti lebih aktif.
Jadi terlepas apa yang terjadi dengan future of work, PM dan organisasi dibawahnya, sebenarnya telah mempunyai sistem yang telah siap mengantisipasi hal-hal kedepan.
Eko Nugroho
Mentor dan Vice Chairman The Avalon Consulting
5 Desember 2024