Dulu, di zaman saya mengikuti wawancara untuk pekerjaan harus datang ke kantor dengan pakaian yang pantas. Saat itu yang pantas adalah mengenakan kemeja dan dasi. Wawancara dilakukan dengan tatap muka langsung. Kini, zaman sudah berubah, mode pakaian di dunia usaha telah berubah menjadi “dress down” (tidak terlalu formal), dasi mulai ditinggalkan, apalagi kalau di dunia tambang lebih santai lagi, bisa pakai jeans dan polo-shirt.
Dalam perkembangannya, interview pekerjaan tidak lagi dilakukan dengan tatap muka langsung, tapi dilakukan secara online: bisa lewat Zoom, Google-meet, Microsoft-team, Skype atau yang dulu saya pakai Cisco-Webex, dan masih banyak lainnya. Untuk perusahaan tambang sudah lama dilakukan, karena biasanya lokasi tambang dan tempat kandidat berasal terpaut jarak yang jauh sekali dan tidak ekonomis hanya untuk melakukan interview. Jaman now, interview juga lebih mudah dilakukan dengan secara online. Ada artikel lucu di Wall Street Journal hari Sabtu 8 Juni 20024, tentang kelucuan interview online yang gagal gara-gara dilakukan dari kamar tidur. Ketawa dianjurkan.
Cerita 1: Lakukan senyaman mungkin
Chere Estrin bercerita bahwa dia senang memberikan “coaching” ke kandidat pencari kerja. Pencari kerja ini banyak di antaranya sudah lama tidak melakukan interview pekerjaan, atau kalaupun pernah di-interview tapi tidak sering, jadi sebagian besar mereka bukan ahli dalam melakukan interview pekerjaan.
Satu kandidat melamar sebagai sekretaris di bagian hukum, Chere melakukan latihan interview melalui Zoom dan kandidat ini melakukan Zoom dari kamar tidurnya. Chere memberikan saran untuk tidak melakukan interview di kamar tidur: terlalu personal dan yang melakukan interview jadi tidak nyaman. Namun kandidat ini berkeras untuk melakukan di kamar tidur karena tidak punya tempat lain. Oleh karenanya, dengan enggan Chere mengatakan, “Baiklah. Silakan dilakukan di kamar tidur tapi dipastikan kamar tidurnya rapi, tidak ada barang aneh yang kelihatan, dan tidak ada hal pribadi yang kelihatan. Pastikan anda kelihatan profesional di depan kamera.” Si Kandidat akhirnya melakukan interview dan tidak lama Manager HR menelpon Chere. Si Kandidat membersihkan kamar tidurnya seperti yang disarankan, tapi si kandidat melakukan interview dengan baju piyama (baju tidur) dan dilakukan di atas tempat tidur. Chere merasa malu dan tidak menelpon kandidatnya untuk menanyakan bagaimana interview-nya.
Cerita 2: Undercover Assistance/Bantuan Rahasia
Jane Snipes telah berpengalaman lebih dari satu dasawarsa membantu kliennya melakukan penerimaan pegawai. Suatu saat seorang Eksekutif HR memberitahunya kalau akan ada interview untuk posisi yang cukup senior dan dilakukan melalui panel di mana yang meng-interview lebih dari 1 orang dan dilakukan melalui online. Saat videonya on, panel tim sadar bahwa kandidat melakukan interview di kamar tidur. Kelihatan tempat tidur yang berantakan dan kelihatan ada yang seseorang bersembunyi di bawah selimut. Bila dilihat dengan seksama, kelihatan kalau ada gerakan.
Selama interview, ketahuan bahwa setiap pertanyaan yang diajukan dijawab oleh kandidat setelah mendengar jawabannya dari dalam selimut. Bukan karena suaranya kedengaran, tapi ketahuan dari jeda antara pertanyaan dan jawaban. Biasanya begitu pertanyaan diajukan akan langsung dijawab oleh kandidat. Ini jedanya lama dan selimutnya bergerak-gerak. Interview-nya akhirnya berakhir jauh lebih pendek dari yang direncanakan. Pengalaman interview yang paling aneh yang pernah mereka alami.
Cerita 3: Background Check/Pengecekan Latar Belakang
Judul cerita ini adalah “background check” atau pengecekan latar belakang. Biasanya diartikan kita perlu melihat sosial medianya, latar belakang keluarga, pendidikan dan sebagainya. Dalam kasus ini benar-benar “cek latar di belakang.”
Shahan Avedian bercerita bahwa dia pernah punya pengalaman kandidat yang lupa untuk mengecek apa yang jadi latar belakang meeting Zoom nya. Ada kandidat yang latar belakangnya adalah poster besar “Iron Maiden, tengkorak membawa bendera Inggris” menempel di seluruh dindingnya. Adalah penting untuk kandidat memastikan background-nya “netral”.
Ada lagi yang latar belakangnya adalah rak buku yang isinya tentang Nazi dan lambang Swastika. Tidak salah kita memiliki buku sejarah, tapi mungkin tidak sebagai latar belakang Zoom. Silakan berbagi bila Anda punya pengalaman interview yang aneh.
Eko Nugroho
Leadership Coach dan Vice Chairman The Avalon Consulting
20 Juni 2024