Skip to main content

Quiet Quitting atau karyawan dengan kinerja rendah bisa disebabkan oleh dua hal. Memang si karyawannya malas, atau organisasi/perusahaan gagal membuat lingkungan kerja yang aman, menarik dan menantang. Menurut hasil survey, sebab utama seseorang meninggalkan tempat kerjanya adalah: atasan (pimpinan) atau lingkungan yang menyebalkan. Gaji (kompensasi dan benefit) selalu berada di nomor 3. Artinya, seseorang itu sebagian besar mau bekerja dengan kompensasi dan benefit di bawah perusahaan lain asalkan memiliki pemimpin yang membuatnya nyaman dan lingkungan perusahaan yang membuatnya aman. Pemimpin yang nyaman bukan berarti juga tidak pernah mengingatkan, memarahi, menegur baik lembut maupun keras. Bila hal-hal seperti ini harus dilakukan, maka disadari oleh si karyawan bahwa hal itu dalam rangka mendidik karyawan untuk menjadi versi terbaiknya. 

Pemimpin yang baik juga akan menciptakan lingkungan kerja yang aman (melindungi). Karyawan diberi kesempatan untuk menyampaikan idenya (brainstorming), diskusi dan menjadi bagian dari pengambilan keputusan. Karyawan yang berasa aman, akan lebih mudah menyampaikan ide-ide baru, terbuka untuk melakukan kolaborasi dengan karyawan atau tim lainnya. Rasa aman yang diberikan tidak memberi tempat bagi kompetisi, kecurangan, manipulatif terjadi. Kesalahan yang terjadi bukan semerta-merta menjadi alasan PHK tapi menjadi pembelajaran bersama karyawan, tim dan pimpinannya untuk menjadi lebih baik lagi. 

Fenomena ini sangat berbalik dengan kenyataan praktik perusahaan saat ini. Sebuah artikel di Wall Street Journal (WSJ), 8 Juli 2024, menceritakan Wells Fargo (sebuah institusi finansial) memasang sistem untuk memastikan karyawan yang bekerja secara remote (work from home) benar-benar bekerja dan tidak melakukan hal-hal untuk keperluan pribadi. Mereka telah mem-PHK sekitar 12 karyawan karena melakukan aktivitas simulasi keyboard yang mengesankan mereka bekerja padahal tidak. Tidak dijelaskan secara detail bagaimana sistem yang digunakan Wells Fargo untuk mendeteksi praktik tersebut. Namun, Gartner, sebuah perusahaan riset dan konsultan membenarkan bahwa pada tahun 2023, sekitar 300 perusahaan menengah dan besar memasang sistem yang bisa memonitor aktivitas komputer karyawannya. Sebuah perusahaan “software” Teramind and Hubstaff, membenarkan adanya software yang bisa mendeteksi “ketikan keyboard” yang aneh atau “tampilan monitor” yang tidak biasa. 

Kalau perusahaan sudah tidak mempercayai karyawannya, tidak akan ada upaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, menarik, dan menantang. Sama dengan kalau karyawan sudah tidak mempercayai tempat kerjanya, maka cenderung akan melakukan perbuatan manipulatif dan kecurangan. Trust (kepercayaan) antar keduanya sudah semakin memudar.

 

Sumber foto: Forbes.com