Salah satu prinsip agung di dalam kepemimpinan yang basisnya spiritualitas, adalah setiap pemimpin itu harus sungguh-sungguh bisa memberdayakan dan memerdekakan siapa pun yang dipimpinnya, agar yang dipimpinnya itu bisa mencapai versi terbaik dari dirinya.
Kebalikan dari model kepemimpinan ini yaitu membuat orang menjadi budak. Kepemimpinan yang agung, kepemimpinan yang basisnya spiritual, dijalankan tidak untuk kepentingan egoistik tapi sungguh-sungguh untuk sebuah tujuan yang mulia. Manifestasi dari tujuan ini adalah bagaimana setiap diri bisa menemukan keberdayaan dan kemerdekaan. Di dalam suasana seperti itu ada kolaborasi atas dasar ketulusan untuk menciptakan atau meraih sebuah tujuan yang Agung secara bersama-sama.
Tentu saja, agar Anda bisa memerdekakan dan memberdayakan orang lain, Anda harus terlebih dahulu memahami apa makna berdaya dan merdeka. Tidak bisa tidak, Anda harus menjadi teladan dari keberdayaan dan kemerdekaan yang sejati.
Faktanya, kemerdekaan dan keberdayaan yang sejati memang hanya bisa dimengerti saat kita sungguh-sungguh tekun menjalankan keheningan. Keberdayaan yang sejati adalah satu kondisi di mana manusia itu bisa mengaktualisasikan semua potensi kekuatannya. Dalam hal ini setiap manusia punya potensi kekuatan Ilahiah di dalam dirinya, punya potensi kekuatan kosmik yang terejawantahkan dalam kemampuan berpikir, kemampuan mencipta dan seterusnya.
Secara hukum kosmik, segala potensi kekuatan Ilahiah atau kekuatan kosmik ini tidak akan muncul ke permukaan, tidak akan menjadi sesuatu yang aktual pada setiap diri, kalau kita tidak sungguh-sungguh telah mencapai kemurnian, kalau tidak sungguh-sungguh pula kita ada dalam kesadaran kesatuan dengan Sang Sumber Hidup itu.
Avalon Consulting atau Program Avalon yang kami selenggarakan ini mengajak Anda tidak menjadi ordinary human atau manusia biasa, sebaliknya mengajak Anda semua menjadi extraordinary human atau manusia yang luar biasa, bahkan menjadi apa yang kita kenal sebagai manusia sempurna atau superhuman.
Meluruhkan Ego
Dalam sudut pandang spiritualitas, sekali lagi, kondisi ini kondisi keberdayaan yang total hanya terjadi ketika Anda luruh egonya, ketika Anda sungguh-sungguh jiwanya termurnikan, ketika Anda masuk ke dalam kesadaran Jumbuh Kawulo Gusti, atau kesadaran dengan Sang Sumber Hidup yang meliputi diri Anda dan menjadi esensi dari keberadaan Anda.
Bicara tentang kemerdekaan yang sejati, itu juga bicara tentang bagaimana kita tidak tunduk lagi kepada ego kita. Kita sungguh-sungguh mengerti apa itu hasrat egoistik, apa itu pikiran egoistik, apa pula itu suara dari Sang Jiwa, apa juga titah dari Gusti. Kemerdekaan yang sejati bukan berarti tentang bagaimana Anda bebas meraih apa yang dimaui. Bukan pula berarti Anda bebas mengerjakan apa yang Anda inginkan. Kalau itu yang terjadi Anda sebetulnya belum merdeka, kenapa? Karena Anda tercengkeram oleh ego Anda. Dan muara dari semuanya nanti adalah penderitaan.
Hal-hal seperti ini tidak akan bisa terpahami kalau Anda tidak menjalankan laku hening. Maka pembelajaran di Avalon ini tidak gampang diterima oleh siapapun yang belum mengenal keheningan sama sekali. Pelajaran di Avalon dengan model kepemimpinan berbasis spiritualitas akan menjadi absurd kalau diajarkan dan diperkenalkan kepada orang-orang yang hanya mengerti keberhasilan adalah tentang pencapaian omset dan pencapaian kemenangan dalam sebuah kompetisi bisnis yang brutal.
Keberdayaan adalah tentang bagaimana kita bisa mengatasi segala tantangan yang ada. Kalaupun kemudian tantangan itu belum bisa kita atasi, keberdayaan membuat kita bisa punya daya tahan untuk tidak tertumbangkan oleh tantangan yang ada. Ini satu perkara yang sebetulnya tidak akan sulit dipahami kalau kita sungguh-sungguh menjalankan laku hening seperti yang biasa saya sampaikan, saya ajarkan dan kita praktikkan bersama-sama.
Setyo Hajar Dewantoro,
Chairman The Avalon Consulting