Skip to main content

Determinasi adalah sikap mental berupa komitmen kuat untuk mencapai tujuan tertentu, sekalipun ada hambatan dan kesulitan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) makna lainnya adalah tentang kebulatan tekad, ketentuan hati, dalam konteks sikap positif. Sikap yang negatif dan destruktif, seperti kebulatan tekad untuk berbuat kejahatan tentu tidak termasuk dalam konteks pembahasan.

Saya menemukan tulisan Prof Angela Duckworth yang merumuskan metode pengembangan bagi sikap mental determinasi melalui bukunya berjudul Grit. Melalui tulisan ibu profesor tersebut, saya menemukan relevansi dan elevasi, dengan apa yang saya pelajari melalui filosofi dan ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma atau Sigma Leadership (SL). Rumusan dasar pengembangan ibu profesor sangat berkaitan dan mirip dengan Sigma Leadership, hanya saja dalam ilmu pengembangan karakter Sigma, mengedepankan praktik mindfulness yang membuka kesadaran. Rumusan di area kognitif berlanjut kepada peningkatan kualitas kejernihan semua elemen, sampai ke titik pencapaian terbaik, tertinggi, terlanggeng dan paling minim dampak destruktif bagi kesehatan mental jiwa dan raga di masa depan.

Menurut ibu profesor, determinasi merupakan kombinasi dari passion (antusiasme yang mendalam) disertai dengan ketekunan (perseverance). Sementara dalam praktik pembangunan karakter Sigma , ada faktor kunci yang melandasi kebulatan tekad, yaitu sense of purpose dan kejernihan kesadaran. Tujuan yang jernih atau Clarity of purpose merupakan elemen yang akan meningkatkan kualitas determinasi. Dengan tujuan yang jernih, maka passion dan ketekunan dapat berjalan dengan langgeng dalam jangka waktu panjang, tidak hanya berupa percikan (sparks) saja. Dan yang paling penting adalah dampak holistik, tanpa menimbulkan efek samping di kemudian hari. Sense of purpose merupakan the why yang dijalankan dengan ketertarikan dan antusiasme mendalam (passion).

Passion terjadi ketika seseorang menyukai dan mencintai apa yang dilakukan tanpa mengharap imbalan apapun. Menjadi tulus dan passionate tidak ada hubungannya dengan kecerdasan intelektual maupun talenta, tetapi merupakan produk dari kualitas kesadaran dengan kejernihan terbaik. Melakukan apa yang menjadi passion sudah pasti memberikan kenikmatan (pleasure) dan rasa senang, yang sering diilustrasikan sebagai percikan (sparks) karena sifatnya sementara saja. Namun apabila dilengkapi dengan tujuan yang luhur dan jernih, maka sebuah passion akan dilengkapi oleh daya dorong berupa landasan motivasi yang kuat, sehingga dapat berjalan dengan kualitas terbaiknya dalam durasi waktu yang lebih langgeng awet.

Tujuan yang jernih (clarity of purpose) bekerja seperti arah kompas yang memastikan tidak belok dan melenceng nyasar di tengah perjalanan. Tujuan yang jernih merupakan pengingat selama berproses terutama ketika menghadapi dinamika dan tantangan yang seringkali membuat seseorang mudah menyerah atau berpaling kepada tujuan yang tidak tepat. Clarity of purpose membuat passion menjadi lebih bermakna (meaningful). Apalagi tujuan yang memberikan dampak positif bagi banyak orang, maka sudah pasti akan memberikan makna hidup yang mendalam (fulfillment), karena telah berkontribusi positif melampaui kepentingan diri sendiri.

Menurut Sigma Leadership, determinasi merupakan bentuk ketangguhan yang berasal dari sikap mental berupa keteguhan hati dan kebulatan tekad. Sikap mental ini bisa dilatih agar terampil dalam menghadapi tantangan kehidupan. Kebulatan tekad atau determinasi, menjadi dasar bagi ketangguhan untuk bangkit kembali (resiliency), kemampuan beradaptasi (adaptability) dan persistensi. Melalui praktik ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran, proses transformasi tujuan akan sekaligus membuka potensi diri (unlocking potentials ) yang seringkali tidak pernah dibayangkan sebelumnya. Setiap potensi dan minat akan dikembangkan menjadi sebuah passion. Mentransformasi I hate my job menjadi I’m passionate to karena telah memiliki landasan motivasi dengan kualitas yang lebih baik, tidak lagi berpusat pada pencapaian bagi diri sendiri saja.

Seperti yang disampaikan dalam buku ibu profesor, beliau pun menyatakan perlunya menentukan tujuan dan memupuk harapan. Inilah sense of purpose yang perlu ditransformasi dan dijernihkan agar dapat menemukan bentuk yang paling luhur. Sehingga dapat menjadi daya dorong yang konstruktif untuk terus maju dan tidak mudah meletoy di tengah jalan. Disebutkan juga bahwa ciri dari sikap mental grit adalah sudah pasti memiliki rasa ingin berbagi dan berkontribusi yang tinggi terhadap sesama. Sangat relevan dan menggambarkan dengan nyata apa yang diajarkan melalui ilmu pengembangan karakter Sigma, bahwa determinasi atau ketangguhan dalam kerangka kebulatan tekad, dibentuk oleh banyak variabel, yang dapat dilatih untuk dibangun sampai dengan kualitas terbaiknya, yaitu seperti:

  1. Kemampuan untuk menghadapi tantangan dengan cara yang konstruktif.
  2. Kepercayaan diri yang positif.
  3. Karakter yang luhur dengan kualitas terbaik.
    Contohnya seperti ketangguhan, kebijaksanaan, temperance atau self mastery, integritas, dan humility (kerendahan hati).
  4. Memiliki tujuan yang luhur.
    Tujuan tertinggi dengan prioritas utama memberikan dampak yang positif dan menyehatkan bagi banyak pihak.
  5. Kemampuan beradaptasi dan kontrol diri.
    Menjadi ahli dalam praktik mindfulness sebagai alat untuk mengelola diri, meregulasi emosi dan pola berpikir, serta kemampuan self mastery. Dalam ilmu pengembangan manusia sering disebut dengan adaptive coping strategies.

Namun pada praktiknya, membangun ketangguhan atas dasar kebulatan tekad (determinasi), harus dimulai dari peningkatan self-awareness , yang dibarengi dengan praktik mindfulness yang membuka dan menjernihkan kesadaran. Melatih pola pikir bertumbuh (growth mindset ) dengan kesadaran yang jernih, serta memaksa diri untuk keluar dari zona nyaman, dan melakukan beberapa langkah penting berikut:

  1. Mengasah potensi dan minat melalui disiplin dan konsistensi praktik.
    Sudah menjadi pengetahuan umum yang diakui oleh para ahli bahwa kemampuan dalam menguasai bidang pekerjaan merupakan produk hasil mengasah kemampuan dan minat melalui praktik dan latihan yang dilakukan secara konsisten. Membangun jaringan saraf otak dan neuroplastis yang sehat dan konstruktif hanya akan terjadi melalui aksi disiplin positif yang konsisten. Kualitas terbaik tentu bisa dicapai apabila dilakukan dengan intensi yang sehat dan penuh kesadaran.
  2. Latihan melakukan hal yang tidak disukai secara sukarela (voluntary discomfort). Keluar dari zona nyaman melakukan hal-hal yang dianggap tidak memberikan keuntungan pribadi. Menjadi terapi ketulusan sampai menemukan penghargaan dan rasa bersyukur yang akan memperkuat mental dalam melatih ketangguhan.
  3. Praktik mindfulness
    Bermeditasi dengan teknik yang tepat dan membuka kesadaran, akan menjadi alat bagi pencipta kesetimbangan. Membentuk kemampuan untuk memahami pola berpikir yang tepat, meningkatkan kemampuan berpikir (Sigma thinking skill ) dan kecerdasan, membangun keotentikan serta melatih integritas.
  4. Lakukan refleksi harian secara rutin.
    Membangun self-awareness dengan melakukan kilas balik dan meminta umpan balik sesering mungkin, sebagai bahan evaluasi yang reflektif dan kontemplatif. 
  5. Latihan bersyukur.
    Melatih rasa bersyukur untuk membangun kepercayaan diri (self worth, abilities dan self confidence) dengan memperhatikan apa yang dimiliki. Melihat gelas setengah isi dan bandingkan dengan kondisi apabila kehilangan apa yang miliki.
  6. Belajar menikmati proses.
    Tinggalkan keinginan untuk mendapatkan hasil yang cepat dan penuh dengan ambisi. Berupaya yang terbaik namun tetap pasrah terhadap hasil. Fokus pada apa yang bisa dikontrol yaitu diri sendiri, proses yang bisa dijalankan, dan berbagai upaya perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement).

“Living with an excellent character is the only way to live life virtuously mindful” ~Sigma Leadership

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
22 September 2025