Skip to main content

Pembentukan struktur fungsional pada jaringan saraf otak manusia nan canggih ternyata bisa dimulai dari langkah sederhana berupa pembiasaan atau membangun disiplin. Sudah dibuktikan secara saintifik oleh para ahli, bahwa membangun disiplin berdampak langsung pada kesehatan jaringan saraf dan kemampuan neuroplastisitas pada otak manusia. Menurut para ahli, peningkatan neuroplastisitas pada otak merupakan salah satu faktor penyangga kesehatan otak dan kecerdasan manusia. 

Neuroplastisitas adalah kemampuan otak untuk mengubah struktur dan fungsinya, sebagai hasil respons terhadap pengalaman yang terekam dalam memori. Plastisitas saraf atau plastisitas otak dapat berlangsung sepanjang hidup manusia, yang membedakan adalah kecepatan proses bekerjanya karena tergantung dari seberapa sehat kondisi jaringan saraf. Semakin tinggi kemampuan plastisitas, maka semakin besar kemampuan manusia untuk mempelajari hal baru, beradaptasi dan memulihkan diri dari cedera. 

Sneak peek sedikit tentang neuroplastisitas yang perlu kita pahami yaitu:

  1. Jalur saraf (neural path) pada jaringan saraf yang tidak dipakai, maka kualitas koneksi jaringan akan menjadi lemah (lupa, amnesia). Sebaliknya apabila semakin banyak dilatih dan diberi stimulasi secara konsisten, maka koneksi akan semakin kuat.
  2. Otak lebih mudah merekam stimulus yang berulang. Apabila stimulus tidak ditangkap sebagai impuls yang ‘menantang’, maka tidak akan terbangun jaringan baru. Stimulus yang dianggap penting, akan lebih mudah memperkuat koneksi jaringan saraf..
  3. Ketika konsisten berdisiplin dalam membangun rutinitas baru, maka koneksi jaringan saraf di otak akan menggantikan jaringan lama yang tidak diinginkan lagi.
  4. Jaringan dan konektivitas dapat berubah sepanjang hidup. Kondisi otak yang lebih sehat akan lebih cepat memproses pembentukan jaringan baru. Seperti pada otak manusia yang berumur lebih muda dan belum banyak terdegradasi kualitas kesehatannya, akan bekerja dengan lebih cepat. Maka rawatlah kesehatan organ otak agar dapat berfungsi dengan baik dan tidak terdegradasi, terlebih di kala proses penuaan terjadi.

Inilah mengapa, seringkali keterampilan yang berbeda bisa muncul di waktu yang berbeda. Tergantung dari seberapa tekun dan konsisten melatih disiplin untuk membentuk habit baru atau melatih sebuah keterampilan baru. Dan ternyata, kekuatan intensi dan bagaimana menempatkan prioritas pun dapat mempengaruhi kualitas jaringan saraf. Dan tentu berkorelasi langsung dengan kejernihan kesadaran, yaitu ketika memilih rutinitas apa yang menyehatkan dan berdampak positif secara holistik sehingga perlu diupayakan untuk dibangun dalam sebuah disiplin.

Contoh kebiasaan atau habit yang perlu dibuang seperti habit melamun dan berkhayal. Dengan intensi yang kuat, maka bisa dilakukan untuk menghentikan lamunan dan khayalan, tidak peduli seberapa besar kenikmatan dan kenyamanan yang dirasakan. Langkah ini bisa dilakukan dengan menggunakan akal yang sehat dan jernih. Melatih konsistensi dalam membangun habit yang sehat, disertai praktik mindfulness dengan metode yang tepat, akan menjamin kestabilan pembentukan jaringan dan koneksi baru yang lebih sehat, konstruktif dan awet berjangka waktu panjang bahkan seumur hidup.

Di negara yang lebih maju, upaya untuk meningkatkan kualitas kesehatan fisik terutama kesehatan otak dilakukan dengan menciptakan disiplin sejak dini. Bahkan, untuk menjaga kesehatan otak bagi warga senior agar tidak pikun, dianjurkan untuk melatih diri bermain alat musik. Membangun disiplin untuk melatih koordinasi, fokus dan perhatian tetap dilakukan walaupun telah berusia lanjut. Kesehatan fungsi otak perlu dijaga walaupun sudah memasuki usia yang dianggap tidak membutuhkan disiplin lagi. Dengan mempelajari kecanggihan otak manusia, jelas bahwa sebuah habit yang menyehatkan bisa dibentuk tanpa mengenal batasan umur.

Dengan mengelola pola berpikir dan kejernihan kesadaran, akan membantu jaringan saraf untuk membentuk konektivitas yang sehat. Sekaligus membuang data yang tidak berguna, dan mencegah proses represi junk file atau sampah data yang tidak bermanfaat masuk lebih dalam pada lapisan kesadaran manusia. Kecanggihan fungsi otak manusia ternyata perlu dikelola dan dirawat dengan cara yang tepat, karena otak tidak bisa menyaring secara mandiri mana  habit yang menyehatkan dan mana yang menyebabkan kerusakan. Bahkan tidak mampu menyetop secara otomatis impuls yang merusak jaringan dan organ itu sendiri.

Maka melalui metode nan praktis kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma,  menata kembali kesehatan otak secara intensif dilakukan melalui beberapa pendekatan yang telah terbukti efektif dan meningkatkan mencerdaskan, tanpa batasan umur. Konsistensi dalam berlatih rutinitas yang positif dan konstruktif, akan menciptakan disiplin yang menyehatkan bagi jaringan saraf dan meningkatkan neuroplastisitas. Sehingga berdampak pada kualitas kesehatan fisik secara holistik maupun pada pengembangan diri sampai pada titik optimal.

“Leadership is 10% what happens to us and 90% of how our consciousness responds to it” ~ Sigma Leadership.

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
10 Agustus 2025