Lebih dalam mengenai melatih keahlian berpikir kritis dan berpikir strategis kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership memberikan tip sederhana untuk meningkatkan kemampuan berpikir yang menjadi pondasi bagi kualitas kinerja. Dengan membangun habit/ kebiasaan yang tepat, akan melatih fungsi otak bekerja dengan lebih sistematis, jernih, cermat, cerdas, bijaksana dan berwawasan luas.
Salah satu modal penting untuk menjadi ahli dalam berpikir kritis dan strategis adalah dengan membangun habit meneliti atau riset (research). Melakukan penelitian atau riset merupakan pekerjaan yang membutuhkan komitmen dan konsistensi, karena perlu dilakukan secara terus menerus tiada henti bahkan tanpa batas waktu agar tidak kudet (kurang update) tertinggal oleh data atau informasi yang terbaru. Kegiatan riset atau meneliti sangat berguna untuk mengasah keahlian menjadi pengamat / observer yang netral, mengasah ketajaman analitik, mengasah kemampuan untuk mengevaluasi, mengkaji dan menguji beragam data serta informasi dari beragam perspektif.
Selain komitmen dan konsistensi, kegiatan meneliti/riset membutuhkan kesabaran dan ketangguhan, perlu kedewasaan dan kejernihan dalam berpikir, perlu kerendahan hati untuk tidak skeptis dan tidak memberi penilaian sebelum melakukan pengujian, perlu kerja keras dan keberanian untuk keluar dari zona nyaman, perlu kebijaksanaan ketika menemukan hal baru yang dianggap bertentangan dengan apa yang telah diketahui sebelumnya.
Membangun habit meneliti/ meriset, sebaiknya dimulai dengan memahami dengan utuh apa tujuan (goals) dari kegiatan penelitian itu terlebih dahulu. Rasa ingin tahu (curiosity) yang kuat akan tercipta, seiring dengan pemahaman dan penghayatan yang mendalam akan tujuan (goals) tertinggi dari sebuah kegiatan atau pekerjaan. Dengan rasa ingin tahu yang kuat maka akan timbul keinginan menggali informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan koridor tujuan yang jernih dan sesuai dengan arah kompas yang ingin dicapai.
Rasa ingin tahu (curiosity) yang dimaksud adalah dorongan kuat untuk memperluas wawasan dan pengetahuan. Sifatnya intelektual, sehat dan konstruktif karena bertujuan untuk pengembangan diri dan dapat dibuktikan melalui seberapa konstruktif motivasi yang dimiliki. Rasa ingin tahu (curiosity) yang dimaksud, bukanlah rasa ingin tahu tanpa tujuan yang jelas, bukan rasa ingin tahu dengan tujuan egositik memenuhi hasrat kepo dan mendapatkan informasi demi kesenangan sesaat tanpa manfaat yang positif bagi kegiatan atau pekerjaan yang sedang dilakukan. Rasa ingin tahu (curiosity) yang perlu dibangun adalah rasa ingin tahu yang berlandaskan kebutuhan akan ilmu pengetahuan dan perluasan wawasan sesuai dengan arah kompas tujuan (goals) tertinggi dari misi visi yang telah disepakati bersama.
Rasa ingin tahu yang berlebihan (excessive curiosity) tanpa tujuan yang jelas sudah pasti menjauhkan dari manfaat yang konstruktif, bahkan dapat menimbulkan dampak destruktif. Semangat dan euforia meneliti bisa terjadi tanpa mengerti dengan jernih apa tujuan (goals) dari keinginan melakukan riset, dan apa tujuan dari rasa penasaran yang melanda. Maka perlu diluruskan terlebih dahulu apakah sebuah penelitian dilakukan hanya untuk memenuhi hasrat kepo saja tanpa tujuan yang bermanfaat, atau memang ada tujuan yang bermanfaat dalam pencapaian misi visi bersama.
Dengan memahami tujuan (goals) tertinggi dari sebuah penelitian/riset, kita akan mengerti batasan dari luasan informasi atau data yang perlu digali. Rasa ingin tahu yang berlebihan (excessive curiosity) akan mengakibatkan langkah riset yang berlebihan. Riset yang berlebihan tanpa batasan yang jelas akan menyebabkan terlalu banyak data atau informasi yang tidak dibutuhkan (junk file), sehingga menyebabkan kesulitan dalam melakukan proses analisa dan kesulitan dalam melakukan eksekusi (analysis paralysis). Apabila ini terjadi maka kegiatan atau pekerjaan tidak akan bergerak maju, respon menjadi lambat, stuck, bahkan mandek karena kesulitan dalam mengambil keputusan.
Maka apabila senang meneliti/ meriset, pastikan dilandasi oleh pola pikir yang jernih sehingga mampu menjaga kesetimbangan agar tidak bablas hanyut dalam rasa ingin tahu yang berlebihan namun malah menimbulkan dampak yang destruktif (curiosity kills the cat).
Cobalah langkah berikut untuk memastikan jalannya penelitian tidak menyebabkan terjadinya kebingungan (analysis paralysis), memastikan sudah ‘on the track‘ dengan tujuan (goals) misi visi:
- Filter dan susun data/ informasi yang telah dikumpulkan, pilih data yang paling dibutuhkan menjadi opsi yang lebih sedikit, sehingga mengerucut kepada solusi yang paling realistis dan aplikatif.
- Perkaya tacit knowledge agar dapat mendayaguna kecerdasan intuitif dalam membuat keputusan.
- Stop keras kepalamu mempertahankan standar idealisme personal akan kesempurnaan, beradaptasilah dengan kapasitas dan kompetensi sumber daya yang realistis.
- Waktumu sangat berharga, stop membuang waktu meneliti hal yang tidak relevan, stop menghabiskan waktu dalam kerumitan, dan pergunakan waktumu untuk menemukan solusi yang bermanfaat.
- Sederhanakan cara kerjamu, utamakan efektivitas yaitu bagaimana bekerja yang tepat, ketimbang berusaha bekerja dengan secepat-cepatnya demi efisiensi.
- Jangan menyabotase diri dengan ketakutan dan kekhawatiran, cobalah dulu untuk melakukan aksi disertai dengan pengujian, evaluasi dan kajian berulang kali, untuk membuktikan relevansi.
- Tingkatkan self-awareness, sadari kapan saatnya harus menghentikan penelitian/riset yang kadung bablas melenceng dari tujuan, sadari apa kebutuhan akan pencapaian tujuan bersama.
- Praktik Mindfulness sebagai solusi emas yang berperan penting dalam pengelolaan diri dan pengelolaan cara berpikir, agar selalu jernih minim distorsi baik secara kognitif, emosi maupun perilaku.
Kepemimpinan berbasis kesadaran, Sigma Leadership selalu mengutamakan self-awareness dan praktik mindfulness untuk menyertai setiap langkah dalam berkegiatan. Meningkatkan keahlian dan pengembangan diri yang dibarengi dengan kesadaran murni agar mendapatkan hasil yang optimal, langgeng dan holistik. Tidak hanya peningkatan kualitas diri dan kinerja di satu waktu saja, namun secara permanen meminimalkan dampak destruktif bagi kesehatan mental jiwa dan raga di masa datang.
Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
26 Maret 2025