Ilmu kepemimpinan seringkali dibatasi hanya bagi eksekutif dan bisnis saja, padahal implementasinya tidak terbatas pada usia dan profesi. Human capital memang menjadi aset sebuah organisasi dan bisnis, tetapi seringkali melupakan kualitas kesehatan yang holistik di masa depan yang sebenarnya mendegradasi nilai dari human capital itu sendiri. Itulah mengapa ditentukan usia pensiun, sebagai cerminan kualitas human capital yang dianggap menurun dan tidak ekonomis lagi bagi sebuah organisasi maupun bisnis.
Padahal, karakter dan otak manusia bisa dikembangkan tanpa batas usia. Dengan kemampuan menjaga kesehatan mental dan emosi, sudah pasti berdampak langsung kepada kesehatan fisik dan menyebabkan nilai ekonomi meningkat karena memiliki kualitas aset intangible atau aset yang tidak berwujud yang tinggi, seperti tacit knowledge , keterampilan, dan karakter yang luhur.
Membangun manusia (human development) merupakan perjalanan seumur hidup (lifetime learning). Membangun high-performer tanpa perlu merusak kesehatan secara holistik di masa depan adalah salah satu tujuan jangan panjang dari program pengembangan manusia melalui filosofi kepemimpinan berbasis kesadaran, Sigma Leadership.
Secara umum, yang disebut dengan high performer bisa dilihat dari ciri sebagai berikut:
- Memiliki Inisiatif.
Ketika pekerjaan dianggap penting maka otomatis inisiatif akan berjalan. Dengan kesadaran yang jernih, maka daya kreativitas akan meningkat tanpa memberikan dampak yang destruktif di masa depan - Konsisten dan berkomitmen.
Mampu melaksanakan pekerjaan dengan kualitas yang sama baiknya secara konsisten, minim dampak destruktif dan bisa dibuktikan dalam jangka waktu panjang. - Mudah beradaptasi.
Tidak kaku dan mampu menghayati perubahan dengan cara yang tepat, sehingga mudah belajar hal baru dengan cepat (fast learner). Mampu menyesuaikan langkah kerja atau perubahan strategi dengan efektif, tanpa kehilangan arah kompas yang tepat. - Berani mengakui kesalahan dan bertanggung jawab.
Bagi yang memiliki akuntabilitas sudah pasti memiliki semangat untuk belajar dari kesalahan dan memperbaiki kesalahan. Sudah pasti lebih memilih sikap yang mencerminkan growth mindset yaitu untuk fokus langkah perbaikan pada solusi sesuai dengan arah kompas yang jernih. - Meningkatkan Standar.
Selalu berupaya untuk meningkatkan standar kualitas. Penghayatan pada apa yang dilakukan, secara natural memberikan motivasi yang jernih untuk menemukan cara meningkatkan standar kualitas bagi apa yang dikerjakan. - Menyukai umpan balik.
Terbuka dan mampu menerima umpan balik dan kritik yang konstruktif. Punya kesadaran bahwa umpan balik adalah pintu gerbang bagi perbaikan dan peningkatan kualitas pekerjaan. - Fokus.
Mampu memilah dan memilih prioritas sesuai value tertinggi. Mampu meminimalkan distraksi, sehingga tidak mudah hanyut oleh informasi yang bias dan tidak mudah loyo ketika tantangan hadir. - Selalu mendukung tim kerja dan mudah berkolaborasi.
Mampu berendah hati untuk bekerja dalam tim dan mengupayakan kesuksesan bersama sesuai dengan arah kompas yang tepat. - Melakukan pekerjaan tanpa jabatan.
Mampu memberi keteladanan melalui aksi yang menginspirasi. Secara konsisten berkontribusi memberikan yang terbaik walaupun tidak punya otoritas formal.
Ini hanya beberapa tanda yang secara nyata atau tangible dapat disaksikan di sekitar kita. Dalam filosofi kepemimpinan Sigma, setiap manusia berpotensi memiliki kualitas human capital tertinggi, yang akan menjadi modal dalam menjalankan peran sebagai rancangan agungnya di kehidupan.
“Leadership is about growing oneself first, then making others better as an impact of your excellent growth’ ~Sigma Leadership
Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
11 Agustus 2025