Ternyata Sigma Leadership tidak sendirian dalam upaya menyingkap kerumitan pola pikir (mindset). Para ahli pun berupaya membongkar kompleksitas pendayagunaan fungsi otak serta menciptakan beragam metode sebagai solusi yang dianggap paling tepat untuk meningkatkan kualitasnya. Banyak sekali informasi yang sepadan dengan apa yang kami temukan, ketika mengidentifikasi kecenderungan cara berpikir (mindset) yang sudah kadung menjadi habit buruk dan perlu diperbaiki. Dalam salah satu buku dari seorang kritikus literasi menegaskan bahwa, keahlian dan ketajaman cara berpikir bukan kemampuan yang muncul dari IQ yang tinggi, tetapi dari sebuah intensi dan pola berpikir yang jernih serta disiplin untuk melawan kecenderungan berpikir dengan cara yang tidak tepat.
Dalam filosofi kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership, dijelaskan metode untuk peningkatan ketajaman dan kejernihan dalam proses berpikir. Mengasah keterampilan dalam berpikir melalui latihan yang experiential, termasuk untuk meningkatkan kemampuan berpikir strategis dan berpikir kritis. Terlepas dari isu kualitas kesadaran, ada beberapa kebiasaan buruk sebagai kecenderungan berpikir dengan cara yang tidak tepat, yang bisa diidentifikasi untuk diperbaiki. Kebiasaan atau habit yang secara nyata menjadi sumber terciptanya mode fixed mindset. Bahkan menjadi mental block dan menyabotase jalannya alur berpikir untuk bekerja dengan lebih sistematis dan jernih.
Kecenderungan cara berpikir yang perlu ditinggalkan, seperti:
- Malas.
Kemalasan adalah pangkal kebodohan. Malas menyelami, malas bertanya, malas mempelajari dengan lebih dalam, malas berargumen, malas mengklarifikasi pengertian, malas menguji, Ketajaman cara berpikir tidak akan mengikuti irasionalitas kolektif, tetapi tercipta dari kemauan untuk mengeksplorasi dan memperdalam sebuah informasi dari perspektif yang jujur dan utuh. - Mengandalkan intuisi yang tidak jernih dan penuh bias.
Pikiran yang tajam membutuhkan kemampuan untuk berpikir dengan logika yang jernih dan minim bias. Dalam filosofi Sigma Leadership, intuisi yang jernih dapat dilatih dengan praktik mindfulness untuk meningkatkan kepekaan, dilandasi oleh mindset tanpa bias dan dilengkapi oleh koleksi pengalaman berupa tacit knowledge . - Terlalu cepat menolak pendapat yang berbeda.
Menurut para ahli, kebiasaan seperti ini disebut dengan confirmation bias. Yaitu ketika seseorang memilih untuk menutup diri terhadap pendapat yang tidak disukai. Kebiasaan yang akan menghambat pertumbuhan kecerdasan karena tidak mau memberi ruang untuk menguji logika dan memperluas PoV (Point of View). - Defensif.
Habit membela diri bukanlah cara belajar yang tepat dan cerminan pola fixed mindset. Ketajaman berpikir mengutamakan kerendahhatian untuk membuka diri terhadap perbedaan pendapat. Mampu menerima informasi sebagai objek yang netral, bukan sebagai ancaman. Sehingga mampu menggali ‘apa saja yang bisa dipelajari’, bukan pada bagaimana untuk terlihat benar. - Meremehkan.
Bagi yang merasa memiliki kepandaian intelektual, seringkali meremehkan pertanyaan sederhana. Padahal, banyak kesalahan berasal dari kegagalan memahami hal sederhana. Ketajaman pikiran adalah mampu menangkap hal sederhana sebagai pondasi bagi pemahaman yang lebih besar, lebih jernih dan utuh. - Terlalu cepat mengambil kesimpulan tanpa PoV (Point of View) yang utuh.
Keterbatasan sudut pandang akan membuat kemampuan berpikir menjadi tumpul. Ketajaman berpikir membutuhkan ruang pengamatan yang luas agar mampu menyusun kesimpulan yang bijaksana dan minim bias. Melatih akal yang sehat, menjernihkan pola berpikir, serta membuka kesadaran dengan praktik mindfulness akan meningkatkan kemampuan memandang sebuah objek dengan lebih jernih, dari berbagai sudut pandang, sebelum membuat kesimpulan.
Kecerdasan dalam berpikir ternyata bukan tentang intelektualitas semata, dan bukan tentang seberapa banyak informasi yang bisa dihafalkan. Tetapi kemampuan memilah mana informasi yang tepat dan konsisten jernih dalam logika. Termasuk kemampuan untuk menyaring informasi yang tidak lagi relevan bagi pola berpikir yang jernih. Praktik mindfulness menjadi alat yang efektif untuk mengasah ketajaman cara berpikir, dan dapat meningkatkan kualitas kejernihan dalam bernalar sampai dengan batas paling optimal. Memperbaiki habit buruk dalam cara berpikir ibaratnya mengasah pisau yang telah lama berkarat sehingga membutuhkan konsistensi dalam berdisiplin dalam waktu yang panjang.
“To live luxuriously, then live consciously with clarity and healthy mind” ~Sigma Leadership
Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
3 Agustus 2025