Skip to main content

Apapun namanya, penyakit mental, emosi maupun fisik berasal dari pikiran yang tidak terkelola. Habit berpikir yang tidak terkelola dengan sebuah kesadaran, tidak dalam kualitas berpikir yang jernih, tidak mindful, tetapi malah mind full, sehingga terbiasa overthinking, mudah stres, mudah panik, penuh kekhawatiran, tertekan, kelelahan, mental overload, kewalahan dalam menyikapi berbagai stimulus, burnout, kecemasan berlebihan, cognitive decline, dan sebagainya. Habit berpikir yang tidak terkelola dengan kualitas kesadaran yang jernih akan menciptakan mental block , dan sabotase (self sabotage) bagi kesehatan mental, emosi dan fisik manusia. Habit berpikir yang tidak konstruktif, maka akan menyebabkan penurunan kesehatan dan fungsi jaringan saraf, fungsi otak dan fungsi tubuh lainnya di masa depan.

Baik mental overload maupun burnout, sebenarnya bukan pertanda dari sebuah dedikasi tinggi terhadap sebuah pekerjaan, tetapi justru gejala akibat manajemen diri yang tidak tepat. Baik dalam mengelola pikiran, mengelola motivasi, mengelola ekspektasi, mengelola kesadaran, maupun dalam mengelola waktu . Kasus kesehatan mental memang mewarnai peradaban ini dan menjadi tren global yang menggambarkan penurunan kualitas kesehatan peradaban. Banyak sekali contoh generasi muda yang memiliki banyak talenta, tetapi sudah mengidap banyak penyakit berat dan secara mental menjadi rapuh dalam menghadapi dinamika kehidupan.

Habit berpikir yang tidak sehat dan konstruktif, menjadi mental block yang akan menghambat pengembangan dan pertumbuhan baik sebagai individu, kelompok, organisasi maupun bisnis. Motivasi terselubung yang tersembunyi di bawah sadar seringkali menjadi invisible force yang menggerakkan pola berpikir menjadi tidak terkendali. Misalnya gara-gara merasa perlu untuk membuktikan diri, maka seseorang dapat bekerja keras untuk mencapai tujuan, tetapi mengabaikan sinyal tubuh yang sudah kelelahan, tidak menjaga kesetimbangan dan harmoni. Membakar motivasi dengan kekuatan ambisi, tekad kuat namun menghalalkan segala cara dalam memenuhi ambisinya, inilah motivasi bawah sadar yang menjadi sumber bagi gerak pikir yang sulit dikendalikan, overthinking, mental overload, burnout, sehingga  menimbulkan penurunan kualitas kesehatan di masa depan.

Ketika mengalami situasi yang tidak nyaman atau konflik, gerak pikir secara spontan mencari objek diluar diri untuk disalahkan. Value luhur yang tadinya dipegang teguh akan bergeser karena mengutamakan kepentingan kenyamanan pribadi. Seseorang yang overthinking dan tidak bisa mengelola pikiran serta kesadarannya, bisa ter diskoneksi dengan tujuan yang agung, terputus dari arah kompas yang tepat, sehingga kemudian merasa hampa dan kosong, kehilangan arah dan kebingungan, sehingga memantik overthinking lebih banyak lagi. 

Apabila memiliki habit berpikir yang tidak dikelola, maka akan kesulitan meresapi berbagai stimulus yang diserap oleh otak. Tidak mampu menyaring mana yang perlu diproses dan mana yang belum perlu ditindaklanjuti dalam proses berpikir, sehingga mudah merasa tertekan, kehilangan arah, kelelahan, merasa kehabisan energi secara mental, emosi dan fisik. Menjaga keseimbangan yang ditawarkan oleh filosofi kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma adalah, melakukan intervensi natural untuk melatih kemampuan mengelola pikiran dan kesadaran. Berlatih memanajemen diri  agar tetap dapat menjadi individu yang penuh daya dan karya, di tengah pusaran badai informasi dan teknologi yang massive. Menjadi individu yang tangguh dan mampu mengelola pikiran di tengah kompleksitas kehidupan, dengan menyederhanakan pola berpikir dan bukan dengan menghindari objek yang dianggap membuat pikiran menjadi kusut.

Gejala ketidakseimbangan pola berpikir bisa diantisipasi dengan cara yang tepat sebelum bereskalasi menjadi gejala yang lebih berat. Maka perlu dicermati gejala yang berpotensi menjadi bibit mental overload dan burnout, agar bisa segera dilakukan penanganan lebih dini, sebagai berikut:

  1. Penuh negativity dan persepsi yang buruk tentang pekerjaan dan kehidupan, banyak mengeluh, ngedumel, menggerutu, mencari objek untuk disalahkan, dan seterusnya.
  2. Perfeksionis, micromanage, obsesi terhadap kontrol, penuh ketakutan, tidak pernah puas dan ingin mengontrol semua hal sendiri.
  3. Tidak mampu mengelola emosi, mudah tersinggung, mudah baper.
  4. Malas untuk merawat diri, malas menata asupan, malas merawat tubuh, malas mandi, malas menjaga kesehatan, membiarkan kebersihan diri yang buruk.
  5. Brain fog, susah konsen, lemot, oneng, stuck, kesulitan menyelesaikan masalah sederhana,  analysis paralysis.
  6. Menunda pekerjaan penting, tidak mengerti prioritas, tidak memahami tujuan yang luhur, tidak memahami peran.
  7. Banyak mental block sehingga kualitas keterampilan dan kecerdasan menurun, kreativitas menurun, kesulitan mencari solusi dan problem solving.
  8. Mendramatisir cara berpikir, membuat sesuatu menjadi lebih rumit dan mbuled.
  9. Kesulitan mengidentifikasi emosinya sendiri (emotional numbness), mengabaikan sinyal tubuh, dan menyimpan pola emosi yang toxic.
  10. Lupa dan terdiskoneksi dari tujuan dan value yang luhur.
  11. Susah tidur, insomnia, atau sebaliknya gampang ngantuk dan tidur berlebihan.
  12. Susah menikmati apa yang dikerjakan, susah bersyukur, senang membandingkan.
  13. Menyalahkan orang lain, selalu cari alasan untuk membenarkan pola berpikirnya yang keliru.
  14. Malas keluar dari zona nyaman, tidak berani menghadapi tantangan, kabur dan melepaskan tanggung jawab begitu saja ketika tantangan hadir.
  15. Mengalami gejala fisik yang tidak jelas, lemas, pusing, mual, gangguan perut, alergi, gerd, dan sebagainya.
  16. Kehilangan semangat dan motivasi, kehilangan antusiasme, merasa tidak dihargai, larut dalam penyesalan.
  17. Malas bersosialisasi, tidak percaya diri.

Ini beberapa gejala yang bisa diidentifikasi dari pengalaman pribadi di masa lalu dan dari pengalaman bersama teman kerja magang. Tetapi kabar baiknya adalah, habit berpikir yang tidak sehat dan konstruktif bisa dilatih dan ditata ulang dengan melakukan tip berdisiplin dan praktik mindfulness yang membuka kesadaran, untuk membuang berbagai mental block yang akan membunuh talenta, keterampilan, dan kecerdasan, serta tidak bermanfaat bagi kesehatan.

 

“Thoughts can be so busy, but the consciousness stays clean, therefore the most important thing is the quality of the thoughts.” ~ Sigma Leadership

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
26 Oktober 2025