Skip to main content

Seumur-umur saya tidak pernah mimpi akan menjadi pemimpin apalagi di arena organisasi dan bisnis. Kata pemimpin selalu menelurkan auto persepsi bahwa hanya berlaku di organisasi dan bisnis. Tidak sadar kalau sebenarnya sebagai individu saya pasti menjadi pemimpin bagi diri dan seminimnya dalam kelompok mini bernama keluarga. 

Setelah belajar ilmu kepemimpinan dan pembangunan karakter berbasis kesadaran Sigma, akhirnya saya sadar bahwa apa yang saya pimpin dan kelola bagi diri sendiri akan tercermin ketika memimpin kelompok, organisasi atau bisnis. Apalagi kalau di setiap kegiatan punya landasan dan core value yang setara, maka menjadi lebih mudah berintegritas. Besar kecilnya scope of work atau cakupan yang perlu dikelola melalui kepemimpinan, berbanding lurus dengan kompleksitas yang membutuhkan  keterampilan esensial maupun skill teknis.  

Semua material bagi pemimpin Sigma bisa dibangun sejalan dengan pengembangan karakter, apalagi yang dilandasi oleh kesadaran sehingga terbangun karakter berkualitas Sigma .

Saya merangkum beberapa material pemimpin yang fundamental, berdasarkan hasil magang filosofi kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership, yang mengaplikasi Prinsip dan Elemen Fundamental Manajemen Matahari, sebagai berikut: 

  1. Keteladanan dan akuntabilitas.
    Dua hal ini selalu dimulai dari hierarki yang lebih tinggi. Tim kerja buah akan mengikuti apa yang dilakukan oleh pemimpin, baik maupun buruk. Maka setiap pemimpin wajib memantaskan diri dengan core value, tujuan yang paling luhur, dan memiliki standar terukur  yang diimplementasi bagi dirinya terlebih dahulu sebelum menuntut orang lain melakukan.
  2. Accept not excuses.
    Maka menjadi pemimpin yang bertanggung jawab, harus selalu fokus pada tujuan yang paling luhur (meaningful purpose) , selalu belajar dari kesalahan, dan mampu beradaptasi dengan cepat. Tidak hobi carles, kabur cari aman untuk kepentingan pribadi, tidak mudah goyah dan berbelok dari tujuan apabila menghadapi tantangan dan dinamika. Kesuksesan yang dicapai hari ini belum tentu terjadi lagi di kemudian hari, bahkan organisasi terbaik pun bisa mengalami kegagalan. 
  3. Visi dan ide tanpa eksekusi adalah omong kosong.
    Menjadi pemimpin yang banyak ide tetapi tidak mampu mengeksekusi, membuat tim kerja menjadi kusut dan kebingungan. Material pemimpin adalah memastikan semua pihak tidak kehilangan arah tujuan, sehingga tidak kehilangan motivasi. Maka perlu membangun strategi yang tepat guna, untuk menerjemahkan visi dan ide menjadi langkah kerja yang lebih mudah diperhitungkan dan dieksekusi oleh sumber daya yang ada.
  4. Growth requires change.
    Empowering dan berjalannya organisasi adalah dua hal yang terus bergerak,  berubah dan bertumbuh sebelum tujuan luhur tercapai. Pemimpin yang bijaksana akan menata ekspektasi dan tidak melekat dengan upaya pengembangan bagi tim kerjanya. Di setiap organisasi, pasti kehilangan orang-orang yang telah dididik dan diberikan ruang untuk berdaya.
  5. Tidak semua pihak akan menyetujui dan menyukai keputusan yang diambil oleh pemimpin.
    Peran menjadi pemimpin bukan untuk menjadi populer dan disukai, tapi untuk menjalankan apa yang benar dan sesuai dengan value, visi dan misi. Integritas harus ditegakkan, tidak peduli disukai maupun tidak. Di setiap organisasi, pasti ada pihak yang mampu menghargai keseimbangan yang diciptakan melalui keputusan yang tidak disukai.
  6. Pemimpin yang kelelahan atau burnout, tidak akan bisa memimpin siapapun termasuk dirinya sendiri.
    Pemimpin yang tidak mampu mengelola diri dan kesadarannya, akan mendegradasi kualitas kinerja, performa dan kesehatan dirinya sendiri, maupun banyak pihak. Membangun pola berpikir yang sederhana dan tepat guna dengan mengelola pikiran dan kesadaran, akan menghindari potensi menciptakan lebih banyak masalah dan membuat situasi menjadi lebih rumit dan kusut. Praktik
    mindfulness akan membantu menjernihkan kesadaran, meluruskan pola berpikir dan membangun kepercayaan diri, serta membuang berbagai mental block. Hilangnya kreatifitas disebabkan oleh mental block dan sabotase diri, yang berasal dari pola berpikir yang tidak konstruktif, pikiran yang tidak jernih, tidak terkelola, dan overthinking.
  7. Hati-hati dengan zona nyaman.
    Pemimpin yang revolusioner selalu berusaha meningkatkan performa. Yang tampak stabil di permukaan justru berpotensi menjadi penurunan kualitas walaupun belum tampak gejala yang signifikan. Zona nyaman adalah pertanda terjadi stagnasi, seperti perusak yang tidak tampak atau silent killer. Sehingga selalu membutuhkan langkah untuk scaling up tantangan dan inovasi baru. 
  8. Reputasi bergerak lebih cepat ketimbang keteladanan.
    Satu peristiwa yang tidak menyenangkan karena tidak memberi kenyamanan, bisa menghapus hasil kerja yang baik, dan keteladanan yang diberikan selama bertahun-tahun. Maka integritas dan akuntabilitas menjadi elemen yang paling berharga ketika menjadi pemimpin. Kemampuan memimpin akan dibuktikan di masa sulit, yang membutuhkan kejernihan dan kebijaksanaan tanpa menurunkan kualitas core value dan standar. Menjadi pemimpin bukan tentang disukai oleh banyak pihak atau tidak, tetapi tentang seberapa besar integritas terhadap value yang bisa diteladankan, walaupun tidak disukai. Tidak takut menegur dan bertindak tegas hanya karena takut dengan konflik. Tidak takut mengatakan tidak, hanya karena ingin menyenangkan dan disukai orang lain.
  9. Tidak semua hal akan dikuasai oleh pemimpin.
    Tidak semua hal bisa dijawab dan dikerjakan oleh pemimpin. Menjadi pemimpin adalah tentang membangun kolaborasi yang dilandasi ketulusan dan saling melengkapi. Menjadi kolaborator yang mampu mencipta lingkungan bekerja yang tertata, sistematis terorganisir, mendidik dan menyehatkan secara holistik, untuk saling belajar, dan saling berkontribusi dalam menuangkan inspirasi dan kreativitas, untuk mendapatkan solusi terbaik, dalam membangun sebuah organisasi. 
  10. Menjadi pemimpin yang hanya berempati tanpa akuntabilitas, hanya akan menciptakan individu yang lemah, manja, malas, rapuh, dan tidak mandiri. Material pemimpin adalah ketegasan yang mendidik untuk menciptakan individu yang tangguh, tidak cemen, mandiri, dan berani bertanggung jawab.
  11. Menjadi pemimpin tidak cukup hanya dengan kemampuan teknis dan intelektualitas saja, tetapi perlu kecerdasan emosi (EQ) dan membangun karakter Sigma, karakter luhur yang permanen. Keterampilan teknis bisa dipelajari, tapi sikap dan karakter adalah komponen fundamental yang permanen. 
  12. Menjadi pemimpin adalah tentang menjadi pribadi yang autentik, genuine, bijaksana dan bisa diandalkan sebagai teladan dan inspirasi. Bukan sebaliknya penuh citra yang menyesatkan dan hanya mementingkan citra diri agar disukai dan menjadi populer. 
  13. Pemimpin akan selalu menempatkan komunikasi transparan dan terbuka, tidak suka kasak kusuk dan bergunjing yang membuat keresahan tanpa kejelasan. Transparansi akan membangun pola berpikir yang lebih sehat dan jernih, dan menciptakan ruang berkarya yang sepadan dengan core value.
  14. Material pemimpin adalah pandai mengelola diri (self management).
    Pandai mengelola waktu, mengelola sumber daya, mengelola kerangka kerja, dan mampu menavigasi situasi yang sulit dengan menciptakan langkah antisipasi yang paling bijaksana untuk meminimalkan dampak destruktif. Mengerti saatnya untuk mengarahkan, saatnya mendengarkan, saatnya mengikuti dan saatnya intervensi. 
  15. Pemimpin dengan kesadaran yang baik adalah pemimpin yang mau mengerjakan pekerjaan yang tidak disukai, turun gunung dan go to gemba demi mencapai tujuan yang luhur. Pemimpin yang berada di menara gading adalah pemimpin yang tidak mau melampaui ego, dan tidak akan memberikan kontribusi positif bagi tumbuh kembang organisasi yang holistik. Material pemimpin tidak mungkin membiarkan organisasi bergerak tanpa penataan dan manajerial yang tepat guna.
  16. Be the calm in the chaos.
    Mampu menjaga kestabilan kesadaran sehingga selalu tenang di tengah kekacauan, tantangan dan dinamika. Mampu melangkah dengan kebijaksanaan yang tetap sejalan dengan misi visi dan value. Secara konsisten memberikan grand gesture yang kokoh dan tidak mudah goyah oleh tantangan, tidak mudah menyerah, melempem dan meleyot, bahkan melarikan diri.

Ini semua adalah tentang integritas, tentang kepemilikan (ownership) dan tanggung jawab penuh (accountability) terhadap misi visi dan value, yang dijalankan dengan kesetimbangan agar memberikan manfaat yang holistik. Kesadaran yang jernih akan memastikan koneksi yang kuat dengan arah kompas berupa tujuan visi misi yang paling luhur. Bagi pemimpin yang belum mampu berintegritas, pertanda belum memiliki kejelasan tujuan (clarity of purpose ), atau terputusnya koneksi dengan tujuan yang paling luhur. 

 

“Real leadership is not about popularity, it’s about conscious, meaningful, solid and impactful purpose’ ~ Sigma Leadership.


Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
19 Oktober 2025

Testimoni
Ratih Handayani

Mau menambahkan pada Leader Materials 🙋‍♀:
🎯Leader yang pura-pura mindful dan yang mindful beneran, akan beda efeknya pada orang2 yang dipimpinnya
🎯Perubahan (baik) harus dimulai dari diri sendiri dulu. Jadi jangan menuntut yang lain berubah, baru diri sendiri mau merespon dengan berubah
🎯Selalu buka ruang untuk komunikasi dengan netral, sebelum mengambil tindakan lanjutan (apakah memarahi, mengarahkan, atau lainnya)
🎯Leader yang mampu memimpin dirinya, kuncinya ada di kebiasaan hening & meditatif yang tepat.