Skip to main content

Dalam dunia pengembangan diri, langkah awal bagi peningkatan kualitas pola pikir dan karakter manusia adalah dengan membangun habit yang sehat dan konstruktif. Terbaca sepele dan membosankan karena sejak terlahir menjadi manusia bumi, hidup manusia tidak akan terlepas dari membangun kebiasaan yang positif dan konstruktif. Tetapi ironisnya isu yang dianggap sepele ini dapat berdampak kepada degradasi karakter manusia yang positif, sehingga menimbulkan sabotage dan destruksi bagi pengembangan kompetensi diri.

Dalam model Kepemimpinan Sigma (Sigma Leadership), merupakan model pembelajaran jangka panjang (lifetime learning), yang mengajarkan tentang bagaimana menjadi agen perubahan (agent of change). Dalam bentuk paling sederhana adalah menjadi agen perubahan bagi diri sendiri terlebih dahulu. Merancang dan membangun sebuah habit yang sehat dan konstruktif bagi diri merupakan salah satu bentuk nyata menjadi agen perubahan dalam skala yang paling sederhana. Karena membangun habit yang positif dan konstruktif menjadi pintu gerbang menuju perbaikan kualitas pola berpikir yang akan menciptakan mental model yang tepat sehingga membentuk karakter yang tentunya positif serta konstruktif.

Membangun habit tidak lain adalah tentang latihan berdisiplin dan menjaganya dalam komitmen dan konsistensi. Dimulai hal paling kecil seperti menciptakan rutinitas yang sehat dan positif dalam satu hari, kemudian latihan berdisiplin diri untuk secara konsisten berkomitmen melaksanakan rutinitas positif tersebut. Latihan yang tampak sederhana ini tentu akan berdampak langsung terhadap kecerdasan dan kesehatan jiwa raga maupun kesehatan mental dan emosi.

Latihan disiplin akan rutinitas yang sehat seperti meditasi, tidur yang cukup, belajar hal baru, membaca, akan sekaligus melatih fungsi otak karena meningkatnya neuroplastisitas yang memperbaiki ketahanan kinerja otak, ketajaman memori dan kemampuan kognisi. Fungsi otak yang diberikan stimulus yang sehat dan positif akan merekam pola/ program yang akan membentuk mental model yang lebih selaras sehingga meningkatkan performa kecerdasan,   serta yang terpenting adalah kesehatan mental jiwa raga.

Melatih disiplin seringkali membuat diri kelelahan dan burnout apabila hanya mengandalkan tekad (will power) yang berbasis sisi gelap, ketakutan, ambisi, kemarahan, kompetisi, obsesi maupun kekecewaan. Membangun sebuah habit bukan tentang menciptakan kekuatan demi sebuah kontrol diri berupa disiplin yang dipaksakan, tetapi tentang kesadaran. Karena dalam membangun sebuah habit membutuhkan sebuah penghayatan berupa pemahaman mendalam yang menjadi basis tekad (will power) dalam berdisiplin. 

Lagi-lagi ruang kesadaran (mindfulness) menjadi mutlak dibutuhkan agar manusia tidak hanya bergerak teratur seperti robot yang diatur dalam pola program tertentu. Dengan mengelola pikiran dan kesadaran merupakan cara terbaik dalam mengelola pemahaman sehingga kita akan mampu bekerja dengan mengalir, tanpa memaksakan diri namun tidak bermalas-malasan dan tetap berusaha sesuai kapasitas yang terbaik. 

Dalam Sigma Leadership, mindfulness berperan sangat penting terutama apabila mampu mencapai titik optimal kesadaran murni (pure consciousness). Yaitu sebuah kondisi kesadaran yang tidak lagi tersabotase oleh tumpukan sisi gelap yang ada di berbagai lapisan kesadaran. Rasa tanggung jawab yang terbentuk dari sebuah kesadaran akan memberikan daya dorong dan kesukacitaan dalam melatih disiplin sehingga akan memberikan dampak yang berkualitas lebih baik ketimbang terus menerus memaksakan tekad (will power) tanpa kesadaran dan rasa syukur.

Dengan terbangunnya habit yang sehat dan positif, tentu memberikan peran terhadap kualitas kinerja dan ketangguhan dalam menyikapi sebuah kegagalan. Kegagalan adalah proses natural dari proses pengembangan diri. Kegagalan merupakan batu loncatan untuk maju dan alangkah disayangkan apabila sebuah kegagalan didramatisir menjadi hambatan untuk maju. Maka dari itu Sigma Leadership mengedepankan kemampuan mindfulness yang reflektif dan kontemplatif agar proses belajar menjadi optimal dan berkesinambungan karena dibarengi oleh ruang kesadaran yang tepat.

Dalam membangun habit atau kebiasaan, Sigma Leadership memberikan panduan sederhana yang bisa dijadikan pedoman:

  1. Temukan karakter yang ingin diciptakan pada dirimu, cari teladan yang tepat sebagai role model.
  2. The power of small thing, mulai dan fokus dari hal terkecil, membangun habit sederhana dan sempurnakan secara bertahap setiap harinya, small action big impact.
  3. Kekuatan konsistensi dan komitmen, kemajuan kecil namun konsisten setiap hari akan memberikan dampak yang signifikan terhadap pembentukan habit.
  4. Ciptakan rutinitas sehat dan konstruktif setiap hari, buatlah jadwal dengan porsi sesuai takaran kemampuan terbaik.
  5. Belajar dari kesalahan dan kegagalan, tidak perlu mendramatisir dan stress berkepanjangan. Langkah perbaikan dimulai dari mempelajari kesalahan dan kegagalan.
  6. Berefleksi secara regular, mereview kembali dan mengevaluasi kembali setiap langkah kemajuan untuk menentukan menentukan langkah perbaikan selanjutnya.
  7. Sederhanakan proses belajarmu, perubahan akan lebih mudah terjadi pada hal yang sederhana ketimbang yang kompleks dan rumit.
  8. Sabar. Kemajuan yang signifikan pasti membutuhkan waktu, tidak ada yang instan untuk hasil yang optimal.
  9. Hasil tidak akan mengkhianati proses, maka fokuslah pada proses biarkan hasil hadir dengan sendirinya.
  10. Hargai keberhasilan kecil setiap harinya. Berikan penghargaan kepada diri sendiri semudah mengucap rasa syukur dan berterima kasih atas pencapaian sederhana dari rutinitas yang sedang dibangun sebagai bentuk kasih pada diri atau self-compassion.

Membangun habit membutuhkan kesabaran dan sebaiknya tidak memaksakan habit baru dengan cara yang ekstrim. Melangkah dengan rutinitas kecil dan sederhana yang disadari serta dinikmati dengan sukacita akan lebih berdampak lebih konstruktif  ketimbang memaksakan sebuah disiplin yang ekstrim seperti romusha. Dengan landasan rasa takut justru akan menciptakan mental model robotik yang menghalangi diri menemukan hal yang bisa disyukuri  sehingga sulit menikmati pekerjaan yang dilakukan. 

Kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma (Sigma Leadership) menekankan pola kerja sehat dan konstruktif, penuh penghayatan, kesadaran dan sukacita sehingga berdampak positif yang langgeng bagi kesehatan mental jiwa raga.

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
19 Januari 2025