Skip to main content

Pada tataran psikologi, tema self-awareness memang sedang hot-hot-nya sebagai solusi bagi kesehatan mental, berbagai tip dan solusi sederhana pengembangan manusia pasti dimulai dari upaya meningkatkan self-awareness (kewaspadaan diri) dulu. Karena kemauan untuk mengenal dan memahami diri sendiri merupakan pintu gerbang menuju perkembangan diri. Kalau tidak tau ada apa pada diri dan apa yang bisa dikembangkan dalam diri lalu bagaimana mau melangkah dalam upaya pengembangan diri? 

Sebelum masuk ke arena mindfulness yang melibatkan ruang kesadaranmemang self-awareness merupakan langkah awal yang paling sederhana dan lebih mudah dicerna ketimbang langsung lompat kepada pure consciousness (kesadaran murni) yang sulit dijangkau seakan tidak relevan dalam praktik ilmu kepemimpinan.

Kepemimpinan Sigma atau Sigma Leadership merupakan kepemimpinan berbasis kesadaran murni atau pure consciousness, yaitu kepemimpinan berbasis pola pikir dan perilaku bebas dari sisi gelap/ shadows  yang berangkat dari area psikologis yaitu self-awareness.

Berbagai cara yang menjadi solusi dalam upaya pengembangan diri, selalu membutuhkan kemampuan untuk berefleksi diri atau self-reflection, baik pada tataran self awareness (kewaspadaan diri), pada tataran mindfulness (kesadaran) yang sudah lebih diterima oleh masyarakat umum, maupun pada tataran pure consciousness  SMSHD (kesadaran murni) yang masih belum dikenal secara umum. Apapun nama gaul dan istilah psikologi yang trendi bagi solusi isu kesehatan mental serta pengembangan diri, ujung-ujungnya pasti menganjurkan untuk melatih kemampuan berefleksi diri dalam rangka meningkatkan self-awareness/ kewaspadaan diri. 

Berbagai cara yang menjadi solusi dalam upaya pengembangan diri, selalu membutuhkan kemampuan untuk berefleksi diri atau self-reflection, baik pada tataran self awareness (kewaspadaan diri), pada tataran mindfulness (kesadaran) yang sudah lebih diterima oleh masyarakat umum, maupun pada tataran pure consciousness  SMSHD (kesadaran murni) yang masih belum dikenal secara umum. Apapun nama gaul dan istilah psikologi yang trendi bagi solusi isu kesehatan mental serta pengembangan diri, ujung-ujungnya pasti menganjurkan untuk melatih kemampuan berefleksi diri dalam rangka meningkatkan self-awareness/ kewaspadaan diri. 

Berefleksi diri adalah berkaca agar mampu melihat diri sendiri. Yaitu proses mengenal diri sendiri dengan lebih jujur, lebih intens, dan lebih penuh kasih/ self compassion. Dari sebuah umpan balik atau feedback maka langkah selanjutnya yang perlu dilatih adalah kemampuan berefleksi. Berlatih mengevaluasi kembali kinerja, asumsi dan persepsi, introspeksi diri untuk kemudian mengambil langkah perbaikan yang nyata. Dengan ‘berkaca’ maka akan muncul momen reflektif, dengan memperhatikan dan menghayati apa yang kita serap melalui panca indera seperti melihat, membaca, menonton, merasakan atau mendengar.

Dengan berefleksi diri atau berkaca maka kita akan mengevaluasi diri, mereview kembali, menelaah kembali, berputar kembali ke belakang, menengok kembali ke belakang dalam rangka mempelajari sebuah pengalaman yang menjadi inspirasi dan membawa kepada pengetahuan yang lebih lengkap untuk kemudian diperbaiki dan dilengkapi kembali.

Kewaspadaan diri (self awareness) tanpa campur tangan mindfulness atau ‘kesadaran’ akan terproses di area kognitif dan intelektual saja. Kemampuan merekam berupa kapasitas memori dan volume otak menjadi satu-satunya parameter tertinggi yang mempengaruhi keberhasilan dalam keahlian berefleksi. Sementara dengan meningkatkan kapasitas mindfulness, akan membuka ruang kesadaran sehingga mendayaguna perangkat kecerdasan manusia dengan lebih optimal. Apalagi kalau mampu mencapai kesadaran murni, kompetensi kecerdasan akan membesar berkali-kali lipat karena pola pikir yang bebas dari sisi gelap. 

Dalam tataran self awareness, yang akan tampak ketika ‘berkaca’ adalah yang ada di permukaan yang dapat ditangkap oleh panca indera, seperti kondisi fisik, emosi, pikiran/ mental, dll. Sementara ketika memasuki fase mindfulness yang mulai menyentuh ‘kesadaran’ maka yang tampak adalah wawasan yang lebih luas serta mendalam, meliputi kebijaksanaan dan pola pikir yang lebih dewasa walaupun belum bebas dari sisi gelap/ shadows. Yang memperdalam mindfulness sampai kepada fase kesadaran murni,maka hasil ‘berkaca’ akan semakin kontemplatif masuk ke dalam diri menembus realitas jiwa tanpa distorsi dari sisi gelap.

Siklus reflektif ini akan terjadi secara natural apabila memang memiliki niat yang tulus untuk bertumbuh, ada goals atau objectives sebagai elemen penting yang mendasari sebuah motivasi atau dorongan yang kuat ketika melakukan sebuah tindakan. Kemampuan untuk menghayati dan memahami apa tujuan atau goals dan objectives dari sebuah kegiatan, pekerjaan maupun bisnis memegang peran penting sebagai alasan mendasar yang akan memberikan daya dorong dan semangat kesukacitaan selama melakukan kegiatan tersebut.

Para pakar human development/ pengembangan manusia berpendapat sama persis. Banyak sekali literatur psikologi yang menjelaskan mengapa kemampuan berefleksi itu penting bagi pengembangan diri. Sebuah pengalaman hidup yang dibiarkan begitu saja hanya dikoleksi sebagai kisah seru bagi rekan kerja tanpa dipelajari tanpa diresapi, maka tidak akan menjadi sebuah pembelajaran penting bagi perbaikan. 

Koleksi pengalaman tidak akan bermanfaat bagi pengembangan diri karena tidak ditindak lanjuti dengan sebuah perubahan yang positif. Segudang kisah hidup penuh pengalaman nyata dan otentik yang dikoleksi menjadi tidak ada artinya bagi peningkatan kualitas diri. Maka dari itu memiliki kewaspadaan diri (self awareness) yang baik menjadi lebih dibutuhkan untuk meningkatkan kecerdasan emosi ketimbang sekadar mengandalkan kecerdasan akademik dan intelektual.

Untuk meningkatkan self awareness maka perlu berlatih berefleksi secara konsisten, karena dengan meningkatkan self-awareness akan mendapatkan berbagai manfaat yang berdampak bagi pengembangan diri karena meningkatkan kemampuan teknis. Ketika melangkah maju dan mencapai mindfulness yang terus meningkat ke tataran paling tinggi yaitu kesadaran murni, maka secara otomatis akan meningkatkan pola nalar yang bebas dari distorsi sisi gelap/ shadows, bebas dari ilusi dan bebas dari bias kognitif.

Manfaat melatih keahlian berefleksi dan meningkatkan self awareness antara lain:

  1. Meningkatkan daya konsentrasi atau fokus
  2. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis (critical thinking)
  3. Meningkatkan kemampuan berpikir strategis (strategic thinking
  4. Meningkatkan kecerdasan emosi dan intelejensia
  5. Meningkatkan daya kreatif yang konstruktif
  6. Meningkatkan ketajaman intuisi 
  7. Meningkatkan pola berpikir positif dan ketangguhan dalam menghadapi tantangan

Dalam praktik Kepemimpinan Sigma/ Sigma Leadership, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan self awareness, mindfulness sampai kepada kesadaran murni atau kesadaran bebas sisi gelap/ shadows, akan mengaktifkan seluruh perangkat kecerdasan manusiaKonsistensi dalam berlatih akan secara otomatis meningkatkan berbagai macam jenis kecerdasaan manusia dan berdampak kepada kualitas kinerja dan kepemimpinan.

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
16 Januari 2025