Kalau kita berbicara tentang kompetisi dengan pesaing perusahaan, Simon Sinek dalam bukunya Infinity Game menggambarkan dengan cerdas bagaimana dua perusahaan melihat pesaingnya masing-masing dan siapa yang akhirnya menjadi pemenang. Dua perusahaan besar itu adalah Microsoft dan Apple.
Kebetulan Simon diminta untuk datang di dua perusahaan besar tersebut untuk berbicara di “Leadership Summit” atau kalau bahasa gaulnya Rapat Pimpinan atau Rapim, di kedua perusahaan tersebut. Di Microsoft, menurut Simon, 70% eksekutifnya memberikan presentasi yang isinya 70% bagaimana caranya mengalahkan Apple. Sementara di Apple, 100% eksekutifnya berbicara bagaimana bisa membantu pelajar untuk belajar dan guru untuk mengajar dengan produk Apple. Microsoft terobsesi dengan pesaingnya, sementara Apple fokus dengan visi dan misi perusahaannya.
Di akhir presentasi di Microsoft, Simon mendapat hadiah produk terbaru dari Microsoft yang disebut Zunes, pesaing dari Ipod Touch. Alat ini secara teknis lebih canggih dari Ipod, jangan dibayangkan seperti sekarang bahwa HP kita bisa jadi telepon dan pemutar lagu, saat itu Iphone belum tercipta. Menurut Simon, Zunes ini keren banget, baik secara spesifikasi, maupun kemudahan berinteraksi, pokoknya Ipod Touch kalah.
Setelah presentasi di Apple saat di taxi pulang ke hotel, kebetulan Simon bersama-sama salah satu eksekutif Apple. Simon tergoda untuk memancing eksekutif Apple dengan menunjukkan Zunes-nya dan mengatakan bahwa produk ini lebih baik dari Ipod Touch Apple. Eksekutif itu menjawab dengan santai: “Tentu saja, saya tidak punya keraguan,” dan berhenti di situ. Normalnya pasti ingin tahu apa hebatnya dibanding Ipod Touch, tapi ternyata si eksekutif Apple ini tidak pengin tahu juga, dan respon tak diduga ini membuat Simon terkesima.
Lalu Simon berkesimpulan, Microsoft fokus bagaimana mengalahkan pesaingnya, sedang Apple fokus untuk memenuhi visi dan misinya, yakni berupaya untuk menjadi versi terbaiknya. Dan kita tahu semua, pemenang dari persaingan ini adalah Apple. Zunes tidak pernah didengar di Indonesia, sedang generasi Boomers dan X dengan fasih dapat menggunakan Ipod Touch.
Kita bisa menerapkan cara Apple di atas dalam menghadapi persaingan di lingkungan kerja kita. Buku Sigma Leadership halaman 146-150 khusus membahas tentang melampaui kompetisi, yang esensinya mirip dengan yang dilakukan Apple. “Kompetisi itu primitif, kenapa Anda harus terjebak dengan pola-pola primitif? Kompetisi berasal dari mindset scarcity (pola pikir terbatas). Semua terbatas sehingga kita perlu berebut. Kalau kita masuk pada kesadaran spiritual, kita akan mengerti bahwa keberlimpahan yang ada di jagad raya dan bumi ini dapat memenuhi kehidupan kita. Apa yang kita butuhkan berlimpah sebetulnya. Maka yang harus kita lakukan adalah menjadi the best version of ourselves. Menjadi versi terbaik dari diri kita sendiri. Asal kita sudah lakukan itu, maka kita akan mendapatkan hak, mendapatkan jatah, meraih dan menerima apa yang menjadi instrumen untuk menciptakan kehidupan yang berkecukupan, bahagia, selaras dan seterusnya.“
Jadi mari kita ubah mindset primitif yaitu kompetisi, menjadi mindset progressive yaitu kolaboratif.
Eko Nugroho
Mentor dan Vice Chairman The Avalon Consulting
7 Juni 2024