Yang pasti, jika kita waras, kita pasti prihatin terhadap krisis kepemimpinan di negeri ini. Sulit mencari pemimpin yang tidak korupsi, yang konsisten ada dalam kebenaran dan mengayomi rakyat, yang punya prinsip superkuat sehingga tak tumbang oleh bujuk rayu dan ancaman.
Sekadar prihatin jelas tak mengubah keadaan: krisis tetap akan menjadi krisis yang bahkan seiring waktu bisa jadi lebih buruk. Keprihatinan harus ditindaklanjuti dengan aksi yang nyata dan relevan.
Beberapa tahun lalu, saya berkunjung ke London dan Edinburgh. Di situ saya berkenalan dengan realitas Merlin The Alchemist dan King Arthur yang semula saya hanya ketahui sebagai cerita bahkan mitologi. Saya disadarkan bahwa Kingdom of Heaven itu pernah ada di Bumi termasuk di Britania. Tersingkap dengan jelas bagaimana di masa lalu, Merlin dan King Arthur menjalankan prinsip Conscious Leadership dan bersama para Ksatrianya – yang nama grupnya dilabeli Avalon, memang berhasil merealisasikan visi The Kingdom of Heaven.
Saya mengunduh The Spirit of Avalon itu di masa krisis: kali kedua saya mengunjungi Edinburgh pada bulan Maret 2020 saat Inggris Raya mulai lockdown, walhasil saya cuma bisa bertahan di kota itu 4 hari dari rencana 2 minggu, karena semua hotel mendadak ditutup. Beruntung saya dapat pesawat untuk pulang ke Indonesia.
Pada 2021 saya mendirikan perusahaan di bidang pelatihan dan konsultansi kepemimpinan dan manajerial: AVALON CONSULTING. 3 tahun berlalu lembaga ini semakin mapan karena terus bertumbuh dan mengalami perbaikan terus menerus dengan belajar dari pengalaman menggelar 7 Batch Kelas Kepemimpinan Online dan berkali-kali Workshop Kepemimpinan secara offline.
Intinya, kita hendak melahirkan pemimpin yang hidup dalam kesadaran murni, yang menghayati hening dan mampu beraksi serta mencipta mahakarya. Kita merumuskan ilmu kepemimpinan yang unik dengan nama Sigma Leadership dan dikembangkan sebagai Conscious Leadership made in Indonesia. Di ilmu kepemimpinan ini diadopsi berbagai terminologi dalam ajaran spiritual kuna: Diri Sejati, Rasa Sejati, Rencana Ilahi, dan seterusnya.
Kita mengajarkan antitesis: Maju tanpa Ambisi, Bahagia tanpa Keserakahan, Mengayomi dengan Ketulusan, Berkarya dengan Kasih Murni. Tentu saja, semua prinsip ini saya telah praktikkan, sehingga saya menjadi contoh hidup dari Sigma Leadership/Conscious Leadership.
Kita mengajarkan pemimpin adalah pembuat perubahan, tak mesti yang punya jabatan. Pemimpin harus mulai dengan Self Leadership, harus beres dengan diri sendiri bebas dari sisi gelap.
Hingga tahun ini, kita layak bersyukur telah lahir para pemimpin baru, para pencipta perubahan, dari berbagai latar, mulai dari Ibu Rumah Tangga, Supir Ojeg Online, hingga Eksekutif di Korporasi. Memang inilah ilmu kepemimpinan ajaib bagi semua orang yang bertekad meninggalkan Legacy Agung di penghujung hidupnya.
Yang pernah ikut Kelas Avalon, yuk berbagi cerita apa perubahan yang terjadi pada diri Anda, apa yang beda pada diri Anda saat ini.