Skip to main content

Praktik teori kepemimpinan yang diajarkan dalam modul pelatihan KEPEMIMPINAN BERKESADARAN SIGMA THE AVALON CONSULTING  memang tidak mudah. Kebetulan saya menerapkan pendekatan holistik yang merupakan pendekatan tingkat advance dalam mempraktikkan modul pelatihan yang tidak hanya menyentuh aspek psikologis, biologis dan neurosains saja, namun mendayagunakan aspek kesadaran yang murni. Dengan praktik pendekatan holistik maka secara langsung melibatkan dan mempengaruhi seluruh aspek dalam pendekatan psikologis maupun pendekatan mindfulness

Selama berlatih dengan pendekatan holistik, saya menemukan bahwa setiap pendekatan memiliki tantangannya tersendiri, satu paket dengan besarnya manfaat yang akan didapatkan, apabila semua variabel dipenuhi. Dalam setiap fase pendekatan selalu memiliki celah jebakan batman yang menjadi sumber plot twist melencengnya tujuan dari teknik memimpin yang dilatih. 

Saya mencoba mengingat proses restrukturisasi organisasi yang pernah saya alami semasa bekerja di korporasi tanpa pengetahuan tentang kepemimpinan berbasis kesadaran. Sebagai karyawan yang patuh terhadap hierarki organisasi tentu saya akan berusaha mematuhi peraturan perusahaan tidak peduli apakah hierarki baru tersebut disukai ataupun tidak. Selama saya menjadi karyawan maka merupakan kewajiban saya untuk beradaptasi dengan hierarki, budaya korporasi, dan mematuhi aturan main yang telah berjalan. Misi visi personal jelas bahwa dengan menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka gajian dan bonus pun tercapai.

POV (Point of View) pekerja ini saya coba sandingkan dengan situasi yang terdapat pada lembaga yang saya pimpin. Sebagian lembaga merupakan industri yang cukup minim hierarki sehingga lebih mudah dan sederhana untuk dioperasikan. Kemudian tantangan bertambah ketika organisasi semakin membesar, isu trust dan komunikasi dasari semua dinamika dalam operasi. Penataan kembali dan rehabilitasi dilakukan melalui berbagai pendekatan sesuai dengan kapasitas objek yang direhabilitasi.

Sebagai pemimpin, saya memastikan secara personal agar saya terus berpegang teguh dengan pendekatan holistik. Namun bagi pekerja lainnya, pendekatan ini belum bisa menjadi solusi yang jitu bahkan bisa menjadi boomerang bagi operasional. Namun ternyata dengan pemimpin yang telah menjalankan pendekatan holistik, beberapa hal penting yang saya temukan menjadi catatan penting peran kesadaran murni dalam sebuah organisasi, dimana kesadaran ini belum dimiliki oleh seluruh pekerja yang terlibat.

Berikut catatan hasil “magang” kerja praktik kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma, yang saya buat berdasarkan masing-masing pendekatan:

  1. Pendekatan psikologi

Telah terjadi hukum tarik menarik, dengan karakter yang saya miliki maka menarik sumber daya  yang selaras dengan kualitas karakter. Contoh  apabila saya pekerja keras maka akan menarik sesama pekerja keras, menciptakan pekerja keras baru dan menjauhkan para pemalas.

       2. Pendekatan mindfulness

Vibrasi sebagai medan energi yang saya miliki, akan menarik sumber daya yang sepadan. Kualitas kepemimpinan yang saya miliki akan menarik sumber daya yang sepadan dan lagi-lagi menjauhkan yang tidak sepadan. 

       3. Pendekatan holistik

Level kesadaran yang saya miliki telah membentuk integritas terhadap misi visi dan value lembaga. Ketangguhan dan kecerdasan spiritual yang saya miliki ternyata menjadi poros kekuatan bagi semua aspek kelembagaan yang mendatangkan solusi praktis dan keajaiban bagi jalannya operasi.

Selama proses “magang” ini tentu saya menemukan beragam bentuk plot twist yang didasari oleh minimnya kesadaran dan segudang kekeruhan jiwa yang mempengaruhi pola pikir serta perilaku dalam menjalankan operasi maupun bisnis. Penyelewengan wewenang dan misi visi kerap terjadi sehingga sebuah pekerjaan dituntaskan hanya berlandaskan pemenuhan kepentingan egoistik saja. 

Tanpa misi visi yang jelas, teknik memimpin bisa saja dianggap sebagai keahlian dalam mengumpulkan massa sebanyak-banyaknya, mengumpulkan dukungan sebanyak-banyaknya, mengumpulkan warga yang sepaham dengan agenda egoistiknya. Isu trust atau kepercayaan bisa diciptakan melalui berbagai cara dan alat yang dianggap memudahkan, sehingga menghalalkan berbagai cara demi mencapai tujuan egoistik secara kolektif, atau kepentingan bersama yang egoistik dan jelas melenceng dari misi visi value Lembaga.

Tanpa integritas dan sebuah kesadaran yang baik, maka semua ilmu dan jargon kepemimpinan akan terpelintir kembali kepada apa yang disebut dengan agenda egoistik, berbelok dari tujuan akan kepentingan bersama yang selaras dengan misi visi value organisasi.

Sampai saat ini proses “magang” masih terus berlanjut dengan scope of work yang terus meluas beserta tantangan operasi yang meningkat. Tetapi melalui pendekatan holistik yang mengutamakan faktor kesadaran dan kecerdasan spiritual jelas memberikan optimisme akan keberhasilan sebuah operasi walaupun sebelumnya tampak sebagai misi yang tidak mungkin dijalankan.

 

Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
27 November 2024