Skip to main content

Menjadi pemimpin yang agung  tidak ada kaitannya dengan tinggi rendahnya jabatan Anda, tetapi berkaitan dengan kualitas. Pada lini apa pun nanti Anda memimpin, Anda bisa menampilkan kualitas keagungan. Walaupun nanti ada yang cakupan kepemimpinannya sangat terbatas, misalnya hanya di tingkat RT, RW atau di lingkup yang sangat lokal, tetap saja Anda punya potensi untuk menjadi pemimpin yang agung. Selama kriteria keagungan sungguh-sungguh ada pada diri Anda semua. 

Kriteria keagungan yang menjadi tolak ukur di dalam pembelajaran di Avalon Consulting, mencakup:

1. Kecerdasan Spiritual 

Ini bicara tentang sejauh mana Anda punya kesadaran ketuhanan yang bebas dari ilusi. Anda sungguh-sungguh menyadari keberadaan Tuhan yang nyata. Anda sungguh-sungguh menyadari kesatuan dengan Tuhan yang nyata. Anda menyadari keberadaanNya, keberadaan Tuhan Yang Maha Esa itu di relung hati Anda sebagai Sang Penuntun Agung, sebagai Sumber Energi Kasih Murni, juga sebagai Sumber dari Energi Kebahagiaan yang sejati. 

Lewat kesadaran kesatuan itu pula, maka segenap gerak pikir, kata-kata dan perbuatan Anda menjadi tertuntun sepenuhnya oleh Dia, oleh Tuhan Yang Maha Esa, oleh Sang Sumber Hidup. Sehingga segala gerak pikir, kata-kata dan perbuatan Anda menjadi benar secara hakiki.

Kesadaran yang agung, berupa kesadaran kesatuan ini yang mencerminkan kecerdasan spiritual tidak mungkin bisa kita raih kalau kita tidak sungguh-sungguh menyelami keheningan. Jadi membincangkan Tuhan secara kognitif itu tidak mencerminkan Anda punya kesadaran spiritual yang tinggi manakala  itu tidak tercerminkan di dalam realitas diri dan jiwa Anda.

Jadi Anda bisa bicara tentang Jumbuh Kawulo Gusti atau Oneness tetapi pada kenyataannya jiwa Anda tidak murni, Anda keruh secara energi, maka semuanya menjadi tidak bermakna. Jadi kesadaran spiritual, kecerdasan spiritual yang saya bicarakan ini bukanlah pada konteks yang teoritik. Tetapi ini betul-betul mengacu kepada realitas jiwa Anda.

2. Kecerdasan Emosional

Kecerdasan spiritual pasti satu paket dengan kecerdasan kedua yakni kecerdasan emosional. Yaitu ketika Anda terhubung dengan Tuhan sebagai Sumber Kasih Murni, dan kasih murni itulah yang sungguh-sungguh mempengaruhi segenap gerak pikir, kata-kata dan perbuatan Anda.

Ketika kasih murni itu sungguh-sungguh memancar dari relung hati Anda, memenuhi kesadaran Anda, pada titik itulah Anda bisa membebaskan diri dari segala bentuk emosi destruktif yang menjadi pangkal dari penderitaan. Pada saat yang sama, Anda juga bisa membebaskan diri dari segala watak angkara, yang itu juga pada kenyataannya bisa membawa duka atau derita pada diri Anda maupun pada orang lain yang bersentuhan dengan Anda.

Lagi-lagi, kecerdasan emosional ini tidak bisa dicapai kecuali Anda sungguh-sungguh menjalankan keheningan. Karena ini bukan hanya tentang Anda mengerti mana yang baik dan mana yang jelek. Ini bukan sekedar bicara tentang etika yang dipahami secara kognitif. Ini betul-betul tentang bagaimana setiap gerak pikir, kata-kata dan tindakan Anda tertuntun oleh Gusti yang bersemayam di relung hati. Ini tentang bagaimana sungguh-sungguh kasih murni itu memenuhi sanubari Anda. Terpancarkan di setiap tarikan dan hembusan nafas, menyebar ke semua bagian diri, termanifestasikan di dalam segala laku keseharian kita.

3. Kecerdasan Intelektual

Kalau kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional ini sungguh-sungguh bisa Anda capai, secara otomatis sebetulnya kecerdasan intelektual juga pasti akan Anda miliki. Ini bicara tentang bagaimana Anda punya kemampuan berlogika secara konsisten. Bagaimana Anda bisa menganalisis segala sesuatu secara presisi. Bagaimana Anda bisa membuat kesimpulan-kesimpulan yang akurat berdasarkan data yang Anda terima. Ini juga tentang bagaimana Anda punya kemampuan mengurai sebuah realitas dengan membaca masalah, akar masalah, sampai nanti Anda bisa merumuskan solusi yang realistik.

Dunia modern sering kali membanggakan kecerdasan intelektual ini. Pada kenyataannya adalah sebagian orang yang menggeluti dan dicemplungkan kepada dunia pendidikan modern itu memang menjadi sangat cerdas secara kognitif. Mereka bisa menjadi ilmuwan atau teknokrat, tetapi tanpa landasan kesadaran dan kecerdasan spiritual maupun emosional, maka kemampuan yang dimiliki ini, sains maupun teknologinya bisa menjadi destruktif. Itulah yang terjadi pada dunia kita saat ini.

Repotnya adalah sebagian kecil bisa menjadi pintar dan destruktif, sebagian besar tetap bodoh. Malah sebagian besar sebetulnya lewat dunia modern ini karena menawarkan banyak kontradiksi dalam pengajarannya itu menciptakan kekacauan pada sistem saraf.

Jadi coba diamati dengan sejujur-jujurnya, banyak sekali yang sekolahnya tinggi itu malah punya kekacauan di dalam bernalar, dengan kerusakan saraf yang sangat parah. Maka kita jangan pernah melepaskan kecerdasan intelektual atau kecerdasan rasional ini dengan kecerdasan-kecerdasan yang lain, seperti kecerdasan spiritual dan kecerdasan emosional. Meskipun tentu saja masih ada kecerdasan-kecerdasan yang lainnya.

Kalau kita mengikuti rumus multiple intelligence, kecerdasan itu bukan hanya tiga tadi, ada banyak kecerdasan yang lain. Laku spiritual sebetulnya secara natural itu akan menumbuhkan semua kecerdasan tersebut. Termasuk misalnya, ada satu bentuk kecerdasan yang kaitannya dengan daya tahan kita dalam menghadapi masalah, dalam menghadapi kesulitan. Banyak manusia modern itu sangat rapuh dan rentan untuk kemudian tumbang oleh masalah kehidupan, oleh situasi peristiwa yang tidak sesuai dengan harapan egoistiknya. 

Spiritualitas membuat kita di satu sisi sungguh-sungguh bisa tergerak untuk melakukan upaya yang terbaik, tapi pada saat yang sama kita juga secara natural digerakkan untuk punya yang namanya pemakluman dan penerimaan yang tanpa batas. Sehingga kita tidak punya kekecewaan di dalam segala dinamika kehidupan yang kadang-kadang tidak sesuai dengan rencana maupun kemauan kita.

Satu kata kunci, semua jenis kecerdasan itu, tidak bisa tidak, memang harus ditumbuhkan lewat jalan keheningan. Di mana Anda selain mengasah otak, juga mengasah ketajaman Rasa Sejati. Sebuah perangkat kecerdasan di dalam diri yang itu hanya diakui di dalam spiritualitas. karena dunia sains itu belum mengakui adanya perangkat kecerdasan yang  tidak empirik.

Secara praktis, saya mengajak Anda untuk sungguh-sungguh melalui jalan keheningan ini, punya kemampuan mengakses energi yang menciptakan keajaiban dan perubahan di dalam hidup Anda. Mulai pada lingkup personal Anda yang nanti bisa meluas kepada kehidupan Anda dalam peran apapun.

 

Chairman The Avalon Consulting

Setyo Hajar Dewantoro

Disarikan dari ALOC 5 Sesi 5 – 11 November 2023