Skip to main content

Ketidaktulusan akan menjatuhkan kita. Poin pembelajaran dari kelas Avalon Leadership Online Course (ALOC) Batch 5 yang disampaikan  Chairman Avalon Consulting Setyo Hajar Dewantoro, sangat mengena untuk saya.

Saya kemudian berefleksi, sudahkah saya tulus? Atau masih memanipulasi diri dengan tidak jujur pada diri sendiri? Ternyata dengan jujur saya harus akui, sisi itu masih ada. Terutama ketika menjalankan peran leader di program pamomongan Persaudaraan Matahari. Akhir-akhir ini sedang excited dengan pertumbuhan yang saya alami sendiri, lalu ingin teman-teman momongan saya juga bisa mengalami kemajuan. Tambah semangat lagi karena sekarang lebih menikmati prosesnya dan lebih antusias menyibak pengetahuan Semesta yang bisa diakses dalam hening. 

Sambil menulis ini saya jadi mengingatkan diri sendiri untuk lebih waspada dengan sisi gelap yang makin halus. Niat manipulatifnya ingin mengajarkan ajaran spiritualitas murni dari Guru SHD yang keren, tapi di balik itu ada hasrat ingin diakui dan dihormati. Batasnya terasa makin samar dan halus meningkatkan hening agar hasrat yang tidak selaras itu tidak menjadi dorongan utama dalam berpikir dan bertindak dalam memimpin.

Oh ini, rasa jengkel dan gemes tipis-tipis yang suka muncul ketika melihat orang-orang yang saya arahkan tidak melakukan/manut sesuai yang saya harapkan. Ternyata masih ada rasa kecewa juga melihat hasil tidak sesuai harapan. Di sini terasa ada ketidaktulusan itu. 

Di sisi lain saya juga mengingatkan diri bahwa di Persaudaraan Matahari ada mekanisme evaluasi yang bisa dijadikan sebagai cara menjaga diri sendiri dari tindakan yang bablas melewati batas. Skor yang diberikan Guru sangat presisi menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi. Kita tidak bisa menyembunyikan sisi-sisi tidak tulus itu. Pada saatnya akan ketahuan lewat berbagai cara. Bisa lewat umpan balik Semesta yang dibayar kontan alias instant karma. 

Nah, daripada takut dan jadi sibuk menyembunyikan motif tidak tulus, lebih baik membereskan niat-niat tidak selaras itu dengan hening. Dimulai dengan jujur pada diri sendiri kalau niat egoistik itu masih ada, lalu kita bersedia segera memprosesnya dengan hening. Baru mulai lebih terserap pembelajarannya setelah mempraktikkan secara langsung. Sekarang harus mengingatkan diri sendiri, fokusnya bukan ingin jadi leader yang keren. Tapi lebih penting dan membawa makna kalau bisa jadi leader yang bahagia, dan bahagia itu tidak bisa lepas dari kemurnian hati.

 

Wening Fikriyati

Peserta Avalon Leadership Online Course (ALOC) Batch 5

Ketua Bidang Seni Budaya Pusaka Indonesia