Skip to main content

Menjadi Manajer/Eksekutif Berkepribadian Kepemimpinan Sigma

Mentoring program mulai diperkenalkan dalam ALOC 6 sebagai tambahan kelas atas kelas utama yang dilakukan setiap minggunya. Kelas ini diperkenalkan sebagai upaya untuk membuat peserta ALOC dapat menghayati dan mempraktekkan Sigma Leadership dalam kehidupan sehari-hari. Secara umum, kelas kepemimpinan yang selama ini ada lebih banyak menjelaskan teori kepemimpinan, karakteristik pemimpin dan memberi contoh-contoh pemimpin yang berhasil.  Avalon Consulting dengan pendekatan yang unik, tidak hanya dengan secara gamblang menjelaskan bagaimana kualitas/karakter pemimpin ala Sigma tapi juga menunjukkan jalannya untuk menjadi pemimpin dengan karakter Kepemimpinan Sigma. Avalon Consulting tidak ingin melahirkan pemimpin yang tidak hanya pintar berteori, tapi juga bisa menerapkan teori Kepemimpinan Sigma. 

Program mentoring hadir untuk membantu membimbing peserta selain agar lebih paham teori kepemimpinan sigma dan bagaimana penerapan teori dalam perilaku keseharian. 

Secara ringkas, manfaat program mentoring adalah sebagai berikut:

  • dengan pengelompokkan berdasar group profesi, membantu peserta dalam memahami sigma leadership dalam konteks masing-masing group dan ruang kelas yang lebih kecil yang memudahkan berinteraksi satu sama lain.
  • mempertajam pengertian kepemimpinan sigma dalam konteks profesi masing-masing. 
  • mendapatkan insight berupa contoh-contoh penerapan kepemimpinan sigma dalam lingkungan profesional maupun pribadi
  • membantu peserta untuk berani mengungkapkan pendapatnya, tantangannya dan menemukan solusi atas tantangan tersebut

Mentoring klaster manajemen/eksekutif dilakukan dengan satu sesi mempertajam teori kepemimpinan ala Sigma dan minggu berikutnya membahas studi kasus yang diberikan. Studi kasus yang diberikan termasuk kasus-kasus nyata yang terjadi di dunia korporasi atau yang dapat menjadi inspirasi dalam pembelajaran. Salah satunya, peserta diminta untuk membahas kesalahan apa yang terjadi sehingga perusahaan penerbangan besar di Amerika Serikat seperti Boeing beberapa tahun terakhir mengalami masalah dengan keselamatan kerja. Peserta diminta untuk menonton film dengan judul: Downfall: “The Case Against Boeing” dan diminta menjelaskan apa yang salah dengan kerangka acuan kepemimpinan ala sigma yang berakibat pada lemahnya keselamatan kerja. 

Contoh lain adalah membahas film dengan judul “Coach Carter”, seorang coach basket SMA di Amerika Serikat yang berhasil membawa individu pemainnya tidak “drop out” atau lulusannya berakhir di penjara (sebuah fenomena yang lazim terjadi di sekolah negeri di lingkungan “Afro-American”). Peserta diminta untuk menjelaskan persamaan dan perbedaan yang diamati dalam karakter Coach Carter dan dibandingkan dengan karakter kepemimpinan ala Sigma. 

Studi kasus yang diberikan membantu peserta memahami konteks teori yang diberikan dan dampaknya di dunia nyata. Selain dapat lebih memahami persamaan dan perbedaan kepemimpinan sigma dan gaya kepemimpinan lainnya.

Selain studi kasus, klaster manajemen/eksekutif juga memberi ruang bagi peserta untuk membawa kasus-kasus otentik yang dihadapi di lingkungan kerjanya masing-masing. Mulai bagaimana menghadapi atasan yang seolah-olah seenaknya sendiri atau tidak konsisten, karir yang tidak sesuai harapan, bawahan yang sulit diatur, tantangan menghadapi “impossible job”, pekerjaan yang terindikasi manipulatif tidak sesuai dengan nilai-nilai manajemen sigma, dll. Peserta diajak untuk bersama-sama mencari solusi bersama dalam kerangka kepemimpinan Sigma.

Secara ringkas, Mentoring Program dalam ALOC 6 klaster Manajer/Eksekutif, membantu peserta untuk selangkah demi selangkah memahami dan menerapkan Kepemimpinan Sigma dalam lingkungan pribadi dan profesional.

 

Eko Nugroho

Mentor Klaster Manajer/ Eksekutif ALOC 6