Sigma Leadership adalah ‘ilmu kepemimpinan berbasis kesadaran’ (conscious leadership). Ilmu kepemimpinan yang membangun individu menjadi pemimpin berkesadaran, baik ketika memimpin diri sendiri, maupun ketika menjalankan peran dalam kelompok maupun organisasi. Metodologi pengembangan manusia (human development) dimulai dengan pembentukan karakter, melalui tahapan membangun self awareness dan mindfulness, serta dapat dikembangkan sampai kepada pencapaian tertinggi berupa kesadaran murni (pure consciousness).
Apabila mengacu kepada pendekatan belajar akademik, metodologi pengembangan manusia yang dilakukan oleh Sigma Leadership adalah sepadan dengan pendekatan deep learning. Yaitu pendekatan yang mendorong pemahaman lebih mendalam terhadap sebuah materi, tidak hanya menghafal atau memahami lapisan permukaan saja (surface learning). Bedanya, dalam pendidikan akademik pendalaman terbatas pada makna dan konsep, sementara deep learning dalam kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership, melangkah lebih jauh ke kedalaman sebuah data atau informasi, melalui proses belajar yang eksperiental atau mengalami langsung dengan konkret.
Deep learning baik dalam konteks akademik maupun kesadaran manusia (human consciousness), membutuhkan pola pikir bertumbuh atau biasa disebut dengan ‘Growth Mindset’. Dengan landasan sebuah kesadaran, berfokus kepada kualitas proses dan pembelajaran yang eksperiental, serta melangkah maju melalui perbaikan yang berkelanjutan (continuous improvement). Deep learning yang dimaksud dalam konteks kesadaran (consciousness) merupakan proses belajar dengan mendayaguna ‘ruang kesadaran’. Tidak hanya sekadar tahu atau mengerti lapisan permukaan saja, tetapi ‘Mengerti dengan Mendalam’ (sadar) karena mengalami, menyaksikan, dan membuktikan. Pembelajaran mendalam dengan pendayagunaan ruang kesadaran (mindful learning), otomatis memberikan makna yang relevan (meaningful) dan dampak yang transendental (transcending impact) bagi proses pengembangan manusia (human development).
Membagikan pengalaman otentik dalam tulisan dan menuangkan proven ideology yang aplikatif, memang tidak semudah menuliskan dongeng fiksi ilmiah yang menghibur ego dan membangkitkan imajinasi. Pengalaman konkret dan hasil observasi reflektif yang dibagikan sebagai hasil pembelajaran dengan kesadaran yang mendalam (deep learning), ternyata tidak mudah dimengerti apabila tidak disertai dengan ruang kesadaran yang sepadan. Apa yang tampak dalam perspektif lebih luas, hanya akan terekam dan terproses sepotong atau secuil melalui perspektif sesuai batasan yang dimiliki oleh masing-masing yang mempelajari.
Melalui metode pelatihan dan belajar yang experiential, praktik mindfulness menjadi alat yang penting untuk membangun ruang kesadaran yang tadinya penuh sesak dengan ‘Jejak Luka Batin’ ,‘Trauma’ , ‘Watak Angkara’, Inner Child dan mental block , sehingga kesulitan menangkap esensi paling jernih dari sebuah data dan informasi..
Mode belajar surface learning yang ditanamkan sejak usia sekolah, telah membentuk kebiasaan menelan mentah-mentah seabrek hafalan yang belum pernah dibuktikan dalam sebuah pengalaman. Kebiasaan memaksakan input data yang belum tentu tepat ke dalam memori, memberi dampak jangka panjang berupa hilangnya kemampuan observasi netral dan berpikir kritis. Contohnya seperti mempelajari lima sila Pancasila selama puluhan tahun dalam jenjang pendidikan, hanya dihafalkan begitu saja tanpa mengerti apa makna, konsep dan bagaimana praktik nyata di keseharian.
Dalam praktik kepemimpinan berbasis kesadaran Sigma Leadership , dengan melatih diri meningkatkan self-awareness dan mindfulness, akan membantu proses pengembangan pola pikir yang bertumbuh (growth mindset). Berlatih untuk belajar dengan kesadaran yang jernih, minim bias dan distorsi, sehingga memberikan transcending impact tidak hanya terhadap KPI organisasi. Namun berdampak secara holistik terhadap kesehatan pikiran, kejernihan dan kecerdasan emosi, kemampuan berpikir kritis dan strategis serta kemampuan dalam mengelola diri maupun peran dalam kehidupan. Deep learning yang dilakukan dengan terus menerus secara konsisten akan mengasah kemampuan dalam mengevaluasi, interpretasi, mengambil kesimpulan, menjelaskan, meregulasi diri, dekomposisi, mengidentifikasi pola dan tren, analisa data, penyelesaian masalah, dan sintesis. Sehingga mampu meninjau secara berkala gerak laju pertumbuhan dan efektivitas dari sebuah kegiatan dan pekerjaan.
Melalui deep learning, Sigma Leadership memberikan metode yang berdampak transformasi atau pertumbuhan yang transendental. Melalui proses belajar berjangka panjang (lifetime learning) menciptakan keahlian yang mengubah hidup (life changing skill) baik sebagai individu maupun sebagai pengemban peran. Beberapa langkah penting dalam proses deep learning yang memberikan dampak transendental adalah:
- Meningkatkan self-awareness.
Menggunakan alat bantu berupa metode ringan yang reflektif dan kontemplatif. - Membangun growth mindset.
Membuka diri untuk selalu belajar dan bertumbuh. - Fokus pada kualitas proses.
Pembelajaran dan perbaikan yang berkelanjutan (continuous learning and improvement). - Membangun kecerdasan emosi.
Kesehatan mental dan emosi yang akan berimbas kepada kualitas kecerdasan lainnya. - Merevolusi habit.
Membangun habit yang sehat dan konstruktif, tidak mudah terdistorsi dan tergoyahkan, seperti membangun disiplin diri dan manajemen waktu. - Praktik mindfulness.
Membangun ruang kesadaran sampai dengan kualitas tertinggi. - Move with (correct) purpose
Bergerak dengan intensi dan tujuan yang jernih, sesuai dengan value tertinggi yang dimiliki, sehingga mengerti dengan kesadaran (consciously) dan mampu menciptakan motivasi yang positif.
“Leadership is 10% what happens to us and 90% of how our consciousness responds to it” ~ Sigma Leadership.
Keisari Pieta
Chief Mentor The Avalon Consulting
18 Juni 2025